LuPpH so MucH

Religious Myspace Comments
                                                 My DaY

Tak Tik Tok

Glitter Graphics Myspace Comments

Lalalalalalalala

Lalalalalalalala
Adventure

Bismillahirrohmanirrohiim.....

Ingin ku raih ridho-Nya..

Apapun yang ku lakukan aku ingin selalu ada ridho_Nya..

Blog ini Hanya karena-Nya..

Dan semoga bermanfaat untuk makhluk ciptaan-Nya.Amiin!!


myspace icons

Senin, 28 Desember 2009

Di antara Musim

Malam masih musim hujan dibanjiri sayap laron
Berguguran sayap itu mengubur jalan
Pagi kupu-kupu hitam putih menghias pandang alam
mereka beradu di ranjang udara
dan aku hanya memikirkan dia,malam,pagi dan terus sampai pagi lagi.

Tasikmalaya,29 Desember 2009
Neti Avney

Nilam Mayang

Nilam Mayang

Aku ingat,senyum itu surga
Aku tau,ceria itu surga
Aku lihat,semangat itu surga

Tapi.
Aku tak mengerti mengapa surga-surga mungil itu beralih neraka mereka.

Tasikmalaya,3I Okt 09
: weakness of life part
Neti Avney

Rantai Bunda dan Ananda

: Kisah Perempuan Tegar

Tangisan bunda melunglai
lalaikan dunia yang ria raya
telaah hati dibawah debu-debu yang galau
sendunya semakin teraduk dinaung kemarau

Hening lagi..
Kini tersapu ayunan ananda
yang tak tahu dunia ini makin kacau
3 bulan berlalu
senyum ananda,, telah meredam,walau!!
walaupun kacau telah sebesar danau..

Tasikmalaya, Mangkubumi 31 Oktober 2009
Neti Avney

Lalu Muharam Kini

Lalu Muharam Kini

aroma yang ku kenal pada muharam lalu..

terkesiap melingkar di mahkotaku


berseling juga babak ku kenal kotanya

mengalun juga ramai umat menghargainya

muharam,kini..

ingin ku duplikatkan diri di kota itu!

bukan tuk kenang aroma itu,tp bersamanya ku syukuri kini muharam bersambut.

untuk karawang..

Tasikmalaya,17 Desember 2009 ( 1 Muharam 1431 H)
Neti Avney

Time In English

“Sceince corner”
The Time :
Example : 7:45 - seven forty-five
For 01 Until 09 minutes, We can say ‘0′ as oh
Example: 11:06 - eleven (oh) six
Example: 7.15 - fifteen minutes past seven
Example: 7.45 - fifteen minutes to eight
Or “fifteen minutes past”: a quarter past
Or “fifteen minutes to”: a quarter to
Or “30 minutes past”: half past .

Ilmu

'Wahai Saudaraku Kalian Tidak Bisa Mendapatkan Ilmu Kecuali Dengan 6 Syarat Yang Akan Saya Beritahukan : 1.Dengan Kecerdasan, 2.Dengan Semangat , 3.Dengan Bersungguh-sungguh , 4.Dengan Memiliki bekal (biaya) , 5.Dengan Bersama guru dan , 6.Dengan Waktu yang lama, (Imam Syafi'i Rahimahulloh)

Senin, 14 Desember 2009

Tanah Merah Putih, 9 Desember



Tanah Merah Putih 9 Desember
Tanah merah putih merintih dalam balutan kristal bumi yang jadi aliran vertikal di pagi itu, aku, dia dan mereka disini masih menanti rintihan itu mengarahkan haluannya “horizontal saja agar tanah merah putih merintih haus,rata dapatkan oase” ucapku dalam hati dengan senyum yang semakin menggebu sebenarnya.
Dia disana mungkin berbeda, mungkin rintihan merah putih merintih dengan kilauan mutiara jinggaku, atau dengan kandung kidung kelabu, atau dengan salam juang mimpi semalam. Ah.. seberapa dahsyatnya hari itu,saat itu masih berkibar dalam bendera angan-angan. tapi mereka semakin menderap dalam satu langkah perjuangan dan mereka yang lainpun mengemas cemas karena Mereka.
Hmmm… bingung gak sih sampai sini kawan? Mudah-mudahan gak bingung yah?
Pagi itu 9 Desember, dan untuk kesekian kalinya ku bilang kaum aktivis merupakan kaum minoritas yang berani bertindak dalam aksi kebenaran, bukan seperti para koruptor yang sebaliknya ternyata kini ratingnya menuju kaum mayoritas yang berani beraksi menyesatkan. “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana..” itu ungkapan untukmu sang aktivis.
“Bergerak dan melaju, menuju Indonesia baru, singsingkan lengan baju singkirkan semua musuh-musuh…” sedikit lirik penyemangat di langkah awal setelah doa basmallah secara berjamaah. Mereka beraksi setelah kristal bumi melaju dalam arah horizontal dan gilir mutiara jingga mengilau dengan senyum, mereka tak banyak jika dibanding kawannya yang masih asyik duduk manis di kampus, biarlah jika mereka benar kuliah,sssssssssssTtt!!!! loh..loh ada yang tidur ko, loh ada juga yang FB-an dengan status updatenya “ duh..maleszzz kuliah”,eh.. ada ko yang bolos shoping ke perpustakaan kaum yahudi alias “Mall”,ih ada yang duduk tapi tak duduk, dengar tapi tak dengar, lihat tapi tak lihat, rasa tapi tak merasa. Innalillahi.., sesungguhnya mereka merugi dalam waktunya.
Dan dia,mereka lebih mulia yang beraksi di hari itu, Oh iya lupa, hari apa sih pagi itu? Yang ingat dan yang gak ingat semoga tetap tau dan sadar korupsi itu merusak kesehatan lahir dan batin,
Lanjutkan yuk ceritanya, dan jangan lupa musnahkan korupsi!!!!
Pagi itu semakin bukan pagi, bisa kusebut siang jika kuhubungkan dengan batasan dimensi waktu, tapi tetap semangat pagi 100%, teriakan yel-yel penuntutan korupsi segera di usut tuntas semakin menggemuruh ditengah-tengah jalanan, para orator memerah bukan marah tapi terbakar kobaran semangat dari rakyat tertindas, massa menyatu bersama terik yang semakin menarik perhatian pengguna jalan, “maaf mungkin ada yang merasa terganggu dengan aksi itu, tapi baiknya pengguna jalan senang dan bersyukur karena setidaknya ada sedikit yang peduli untuk membela kaum tertindas, are you agree?”
Mimbar bebas terus kujalani,dengan warna-warni panji kepedulian, kucuran air tubuh membuat jejak baru, kuamati seseorang ibu paruh baya mengikuti aba-aba korlap, kupikir itu bagian dari semangat reformasi rakyat, beliau mendekat dan menarik tangan kawanku dan memeluknya, dengan sigap polisi mengamankan ibu itu dan kawanku bingung dan segera menyadari dia hanyalah perempuan stress, kutanya pada pedagang cilok dipinggir jalan itu, kudapatkan jawaban,beliau adalah ibu korban peristiwa Mei 1998, beliau terkujur dalam keterpurukan tak tahan kehilangan tunas harapnya, “Bu tenang,,dia bahagia melihat kami turun aksi lagi…” kubisiki hati, dan siapakah aku? Aku bukanlah siapa-siapa,hanya aku peduli dengan kaum aktivis sejati.he..he..
Kembali ke pelataran aksi, semoga siang terik itu bukan hal yang sia-sia, tidak terprovokasi dengan segelas air mineral pengobat haus sesaat, karena kuyakini hausnya rakyat tertindas belum temukan obatnya hingga kasus korupsi diusut tuntas,
Aku, dia dan mereka kembali ke kampus beriringan dengan tenggelamnya mutiara jingga!!


Neti Avney
Tasikmalaya, 10 Desember 2009


Minggu, 06 Desember 2009

Memory Of CAGUR



Dan hanya pertunjukkan sederhana yang bisa CAGUR persembahkan,,,
Keluarga Cemara!!

Kamis, 03 Desember 2009

Sketsa Hati Desember


Mozaik Hati ini bagian dari sketsa hati yang kesekian kalinya!!
Kususun hati-hati sepenuh hati,
Saat kerlap-kerlip mutiara jinggaku
Saat Kristal bumi mengkristal melebur bumi,
Saat hati berhati,
Saat tahu hati tak hati-hati,
Tetap ingin selalu dihati-Nya!!

SonG By Audioslave "Like A Stone"


on a cobweb afternoon
in a room full of emptiness
by a freeway i confess
i was lost in the pages
of a book full of death
reading how we'll die alone
and if we're good we'll lay to rest
anywhere we want to go

(chorus)
in your house i long to be
room by room patiently
i'll wait for you there
like a stone i'll wait for you there
alone

on my deathbed i will pray
to the gods and the angels
like a pagan to anyone
who will take me to heaven
to a place i call
i was there so long ago
the sky was bruised
the wine was bled
and there you led me on

in your house i long to be
room by room patiently
i'll wait for you there
like a stone i'll wait for you there
alone

and on i read
until the day was gone
and i sat in regret
of all the things i've done
for all that i've blessed
and all that i've wronged
in dreams until my death
i will wander on



Audioslave - Like A Stone .mp3
Found at bee mp3 search engine
2009

Minggu, 29 November 2009

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas Rendah




 BAB I
KONSEP BAHASA DAN BELAJAR BAHASA

A. Pemerolehan Bahasa Anak
a. Anak sebelum sekolah sudah bisa berbahasa Indonesia dan cepat mampu menggunakannya.
  Hal ini , disebabkan oleh ;
1) langsung menggunakan bahasa,
2) sambil bermain /tidak sengaja,
3) sesuai dengan konteks anak.
b. Anak SD agar cepat dalam belajar berbahasa atau memiliki kemampuan berbahasa maka harus:
1) mengadakan komunikasi ;
2) Sambil bermain- main ,
3) materinya sesuai dengan konteks anak.
B. Konsep Belajar Bahasa.
a. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi baik lisan atau tulisan.
b. Belajar sastra adalah belajar memahami manusia dan nilai- nilai kemanusian.
c. Ciri bahasa , diantaranya;
1) Ujaran manusia,
2) Hasil kesepakatan,dan
3) Ada bunyi ada makna.
C. Kesulitan Anak Belajar Bahasa
  Kesulitan anak dalam belajar bahasa dapat terjadi karena adanya hambatan pada faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahsa anak dan hambatan pada strategi pemerolehan bahasa. Untuk lebih jelasnya dapat disimak pada bahasan selanjutnya.


BAB II
PEMEROLEHAN BAHASA ANAK

A. Pengertian Perolehan Bahasa Anak.
  Perolehan bahasa anak ialah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman ataupun pengungkapan secara alami tanpa melihat kegiatan pembelajaran formal.
Dengan kata lain, kegiatan pemerolehan bahasa ditandai oleh :
1. Berlangsung dalam situasi informal,tanpa beban dan di luar sekolah,
2. Pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah atau kursus,
3. Dilakukan tanpa sadar, dan
4. Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang bermakna.
Bahasa Indonesia dalam Pemerolehan Bahasa Anak
a. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama
Bahasa Indonesia disebut bahasa pertama karena bahasa indonesialah yang pertama dikenal dan dikuasai anak sebagai sarana komunikasi verbalnya sejak dia bayi.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang pertama dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:
1) Perkawinan antarpenutur bahasa yang berbeda. Masing-masing pihak tidak saling memahami bahasa daerah pasangannya.
2) Perkawinan antarpenutur bahasa daerah yang sama dengan situasi berikut ini :
 Lingkungan social sekitar keluarga menggunakan bahasa Indonesia sebagai media komunikasinya.
 Lingkungan masyarakat sekitar menggunakan bahasa daerah yang tidak dikuasai oleh keluarga itu (mungkin keluarga pendatang).
 Lingkungan menggunakan bahasa daerah yang sama dengan bahasa keluarga itu. Tetapi, karena pertimbangan praktis tertentu maka bahasa yang digunakan dalam keluarga itu bahasa Indonesia.
3) Perkawinan antarpenutur yang hanya menguasai bahasa Indonesia.

b. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Kedua
Pada dasarnya pemerolehan bahasa kedua.Pada dasarnya pemerolehan bahasa kedua
dapat terjadi dalam dua cara ; yaitu secara serempak dan berurut.
 Perolehan serempak dua bahasa [simultaneous bilingual acquisition] terjadi pada anak yang dibesarkan dalam masyarakat bilingual atau dalam masyarakat multilingual. Anak mengenal , mempelajari dan menguasai kedua bahasa secara bersamaan. Pemerolehan berurut dua bahasa [successive bilingual acquisition] terjadi bila anak menguasai dua bahasa dalam rentang waktu yang relative berjauhan Perolehan bahasa kedua sama dengan belajar bahasa.
B. Tahap- tahap Perkembangan Bahasa Anak.
a.Tahap Pralinguistik. (0-12 bulan)
  Bunyi –bunyi bahasa yang dihasilkan anak belumlah bermakna.
b. Tahap satu kata (12- 18 bulan)
  Anak menggunakan satu kata yang memiliki arti yang mewakili keseluruhan
  idenya . Satu kata mewakili satu atau bahkan lebih frase atau kalimat (tahap
  Holofrase)
  Contoh:
  versi satu kata
o Mimi (menunjuk cangkir)
o Akut (menunjuk laba- laba)
versi lengkap
o minta (mau) minum
o saya takut laba-laba.

Kata-kata yang paling sering diucapkan ialah kata-kata yang telah diakrabi dan dikuasainya.Kata-kata yang paling sering muncul yang bersifat kesehariannya dan terdapat disekitarnya,menurut Nelson(Owens,1984)
c. Tahap dua kata (18-24 bulan)
Kosakata dan gramatika anak berkembang dengan cepat.Anak menggunakan dua kata dalam berbicara.Tuturannya mulai bersifat telegrafik.Artinya apa yang dikatakan anak hanyalah kata yang penting saja.




Contoh:
Versi dua kata
o Mamah,makan !
o Ajar,bobo
o Bapa,ana?

Versi lengkap
o Mamah,saya mau makan
o Fajar,mau tidur !
o Bapak,mau pergi kemana?

  d. Tahap banyak kata (3-5 tahun)
  Anak telah mampu bertutur dengan menggunakan tiga kata atau lebih dengan penguasaan gramatika yang lebih baik.
  Pada tahap-tahap perkembangan bahasa anak.Berkembang pula penguasaan mereka atas sistem bahasa yang di pelajarinya,sistem bahasa itu terdiri dari subsistem berikut:
• Fonologi,yaitu pengetahuan tentang pelafalan dan penggabungan bunyi-bunyitersebut sebagai sesuatu yang bermakna.
• Gramatika(tata bahasa),yaitu pengetahuan tentang aturan pembentukan unsure tuturan.
• Semantik leksikal (kosakata), yaitu pengetahuan tentang penggunaan bahasa dalam berbagai cara untuk berbagai keperluan.

C. Strategi Pemerolehan Bahasa Anak
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa Anak
  a. Faktor Biologis
 Perangkat biologis yang menentukan anak dapat memperoleh kemampuan bahasanya ada tiga, yaitu otak (sistem syaraf pusat), alat dengar dan alat ucap. Proses berbahasa dikendalikan oleh sistem syaraf pusat, pada belahan otak sebelah kiri terdapat wilayah Broca yang mempengaruhi dan mengontrol produksi bahasa ( berbicara dan menulis ), pada belahan otak sebelah kanan terdapat wilayah Wernicke yang mempengaruhi dan mengendalikan pemahaman bahasa (menyimak dan membaca). Di antara kedua bagian otak terdapat wilayah motor suplementer (untuk mengendalikan unsur fisik penghasil ujaran).




Alur penerimaan dan penghasilan bahasa yaitu :
Wernicke Broca Alat Ucap, dapat diartikan
Bahasa didengarkan dan dipahami Mempersiapkan penghasilan balasan dari isyarat bahasa Menghasilkan bahasa secara fisik.
  b. Faktor Lingkungan Sosial
  Untuk memperoleh kemampuan berbahasa, anak memerlukan orang lain untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Bahasa yang diperoleh anak tidak diwariskan secara genetis, tetapi didapat dalam lingkungan yang menggunakan bahasa. Anak memerlukan contoh atau model berbahasa, respon atau tanggapan serta teman untuk berlatih dan beruji coba dalam belajar bahasa dalam konteks yang sesungguhnya.
  Lingkungan sosial tempat anak tinggal dan tumbuh seperti keluarga dan masyarakat merupakan salah satu factor utama yang menentukan pemerolehan bahasa anak.
Dukungan lingkungan social dalam bahasa anak :
1) Bahasa Semang (Motheresse) ialah penyederhanaan bahasa oleh orang tua atauorangdewasa ketika berbicara dengan bayi atau anak kecil .
  Misalkan : “ Napa chayang ? Mau mimi, iya? Bentar ya!”
2) Parafrase ialah pengungkapan kembali ujaran yang diucapkan anak dengan cara yang berbeda.
3) Menegaskan kembali (echoing) ialah mengulang apa yang dikatakan anak, terutama bila tuturannya tidak lengkap atau tidak sesuai dengan maksud.
4) Memperluas (expanding) yaitu mengungkapkan kembali apa yang dikatakan anak dalam bentuk kebahasaan yang lebih kompleks.
5) Menamai (labeling) yaitu mengidentifikasikan nama-nama benda.
6) Penguatan ( reinforcement) yaitu menanggapi atau member respon positif atas perilaku anak dalam berbahasa.
7) Pemodelan ( modeling) yaitu contoh berbahasa yabg dilakukan orang tua atau orang dewasa.






  Antara faktor biologis dan lingkungan memiliki hubungan yang saling terkait, piranti biologis adalah wadah atau alat, maka lingkungan sosial berperan ocial isi atau muatannya.
 

 
1.1 Hubungan faktor biologis dan faktor lingkungan social

c. Faktor Intelegensi
 Intelegensi adalah daya atau kemampuan anak dalam berpikir atau bernalar. Zanden (1980) mendefinisikannya sebagai kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah.
Anak yang intelegensinya tinggi, tingkat pencapaian bahasanya cenderung lebih cepat, lebih banyak dan lebih bervariasi khasanah bahasanya daripada anak-anak yang bernalar sedang atau rendah.
 d. Faktor Motivasi
  Benson (1988) menyatakan bahwa kekuatan motiyasi dapat menjelaskan “mengapa seorang anak yang normal sukses mempelajari bahasa ibunya sumber motivasi yaitu dari dalam dan dari luar anak.”

2. Strategi Pemerolehan Bahasa Anak.
a. Strategi pemerolehan bahasa pertama.
1) Imitasi (peniruan),
2) Berkesinambungan,
3) Berlangsung secara langsung,
4) Sambil bermain dan,
5) Berlangsung timbal balik (resiprokal).


b. Strategi pemerolehan bahasa kedua.
1) Perencanaan.
2) Aktif (berbicara , menulis ,menyimak ,membaca)
• Reseptif
• Produktif
3) Eksperimental (mencoba menggunakan bahasa )
4) Operasional (dilakukan dalam perilaku)
5) Evaluasi (benar dan salah monitor penggunaan bahasa)
6) Internalisasi (dilaksanakan terus menerus)
c. Strategi Pemerolehan Bahasa Lisan.
1) Mengingat.
2) Meniru.
3) Mengalami langsung.
4) Bermain.
5) Penyederhanaan


















BAB III
HAKIKAT KOMUNIKASI LISAN DAN TULISAN
A. Hakikat Komunikasi
 Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin “Communicatio” yang berasal dari bahasa latin artinya adalah sama makna mengenai sesuatu hal. Komunikasi akan berlangsung apabila orang-orang yang terlibat didalamnya memiliki kesamaan persepsi atau makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan .
Komunikasi adalah penyampaian dan peneriman pesan atau informasi di antara dua orang atau lebih dengan menggunakan symbol verbal (bahasa) dan nonverbal.
B. Karakteristik Komunikasi Lisan dan Tertulis
1. Unik
a. Setiap orang memiliki kebiasaan dan kebutuhan yang relative berbeda ketika berkomunikasi.
b. Suatu peristiwa atau pengalaman komunikasi yang pernah terjadi tak akan terulang lagi dengan cara yang sama persis.
2. Proses Dinamis
Proses komunikasi merupakan suatu aktivitas yang selalu berubah, terus menerus tak pernah benar-benar tuntas, dan tidak selalu jelas awal-akhirnya. Peristiwa yang dialami sebelumnya sekalipun yang tidak disadari, mempengaruhi komunikasi yang terjadi saat itu dan peristiwa komunikasi saat ini akan mempengaruhi peristiwa dan situasi saat mendatang. Proses itu dinamis karena semua faktor yang terlibat dalam komunikasi, orang, latar, peristiwa, perilaku, media, secara terus-menerus berinteraksi.
3. Terikat Konteks
Konteks di sini adalah segala sesuatu yang melengkapi peristiwa komunikasi (situasi komunikasi, tradisi atau adat istiadat dan budaya masyarakat)
Pahamilah suatu komunikasi itu berdasarkan situasinya agar dapat tercapai keberhasilan komunikasi.



4. Simbolik
Simbol atau lambang merupakan sesuatu yang digunakan dan dianggap mewakili sesuatu hal yang disepakati para pemakainya. Dengan symbol, manusia dapat berkomunikasi untuk mengungkapkan berbagai hal secara tak terbatas. Komunikasi sebagai proses penciptaan dan penyepakatan makna yang terkandung dalam simbol-simbol yang digunakan para pemakainya.
Kita harus mampu memilih dan memadukan symbol-simbol yamg sesuai sehingga maksud komunikasi dapat tercapai.
5. Suatu Transaksi
Dalam komunikasi terjadi proses kegiatan menyampaikan dan menerima pesan.
Keberhasilan suatu komunikasi ditentukan kemampuan komunikator menyesuaikan diri dengan mitra komunikasinya dan peran yang dimainkan, tujuan, situasi dan konteks.
C. Fungsi Komunikasi
1. Fungsi personal yaitu tindak komunikasi untuk mengekspresikan pikiran, sikap, atau perasaan pelakunya.
2. Fungsi instrumental (direktif) yaitu kegiatan komunikasi untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain.
3. Fungsi interaksional yaitu perilaku komunikasi untuk menjalin kontak dan hubungan sosial.
4. Fungsi informative yaitu aktivitas komunikasi untuk menyampaikan informasi, ilmu pengetahuan, dan budaya.
5. Fungsi heuristic yaitu tindak komunikasi yang dimaksudkan untuk belajar atau memperoleh informasi.
6. Fungsi imajinatif yaitu kegiatan komunikasi yang bertujuan memenuhi rasa estetis.
D. Proses Komunikasi
1. Penyandian atau Pengkodean
Penyandian adalah suatu aktivitas mental yang dilakukan komunikator atau penyampai pesan untuk memilih dan menyusun lambang yang sesuai untuk memuat pesan yang akan dikomunikasikan.
2. Pengiriman Kode (Transmitting)
Pengiriman kode yaitu penyampaian pesan melalui lambang verbal atau nonverbal sebagai saluran atau sarana komunikasi.
3. Penerimaan dan Pemahaman Kode (Decoding)
Penerimaan kode yaitu suatu proses kegiatan mental yang dilakukan oleh penerima pesan dalam memahami pesan yang disampaikan oleh penyampai pesan.



  Gangguan Gangguan

1.2 Bagan gangguan proses komunikasi

E. Meningkatkan Proses Komunikasi
1. Unsur paralinguistik,memiliki arti sesuatu yang menyertai tuturan untuk menandakan sikap atau emosi perilaku komunikasi (ritme, tekanan, jeda dan intonasi).
2. Unsur nonlinguistik,unsur ini adalah unsur pendukung. Yang termasuk unsur ini adalah gerak isyarat, ekspresi, gerak mata, badan, kepala dan jarak fisik seseorang dalam berkomunikasi.
3. Unsur metalinguistik, unsure ini berkaitan dengan rasa bahasa yang memungkinkan pelaku komunikasi memutuskan kepantasan dan keberterimaan suatu tindak komunikasi.
F. Unsur Komunikasi
1. Komunikator dan Komunikan
Komunikator adalah orang atau pihak yang melakukan pesan baik melalui aktivitas verbal (bahasa) atau nonverbal (selain bahasa).

2. Pesan
Pesan ialah informasi, isi atau mutan dari yang dikomunikasikan.
3. Konteks
Suatu komunikasi tidak akan terlepas dari tempat, waktu dan situasi yang menyertainya, hal tersebut merupakan konteks.
4. Balikan (Feedback)
Balikan ialah respon atau tanggapan yang muncul dari penerima dan penyampai pesan.
5. Gangguan atau interfensi
Gangguan atau interfensi ialah segala sesuatu yang mengganggu atau menghambat ketersampaian pesan dari komunikator ke komunikan.
G. Jenis dan Klasifikasi Komunikasi
1. Berdasarkan Situasinya :
a. Komunikasi formal yaitu suatu komunikasi yang terjadi dalam situasi yang resmi.
b. Komunikasi informal yaitu suatu peristiwa komunikasi dalam situasi tidak resmi.
c. Komunikasi semiformal yaitu suatu peristiwa komunikasi dalam situasi antara resmi dan tidak resmi (campuran).
2. Berdasarkan Simbol atau Lambang
a. Komunikasi verbal yaitu komunikasi yang dilakukan melalui penggunaan bahasa.
b. Komunikasi nonverbal yaitu komunikasi dengan menggunakan lambang selain bahasa.
3. Berdasarkan Ada dan Tidaknya Media
a. Komunikasi tak bermedia yaitu suatu peristiwa komunikasi yang tidak menggunakan media apapun sebagai sasarannya.
b. Komunikasi bermedia, yaitu tindak komunikasi menggunakan media tertentu sebagai sarananya.
4. Berdasarkan Sasarannya
a. Komunikasi Intrapersonal, yaitu komunikasi internal yang terjadi dengan dirinya sendiri.
b. Komunikasi Antarpersonal, yaitu komunikasi yang terjadi antarperseorangan.
c. Wawancara yaitu serangkaian Tanya jawab atau dialog yang biasanya melibatkan dua orang dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai sesuatu hal.
d. Komunikasi dalam kelompok kecil yaitu peristiwa komunikasi yang terjadi diantara beberapa orang dengan maksud untuk saling bertukar informasi,diskusi atau memecahkan masalah.
e. Komunikasi massa atau publik yaitu suatu kegiatan komunikasi di mana komunikator menyampaikan pesan kepada sejumlah orang atau pihak.










 




1.3 Keterangan Bagan Komunikasi Massa atau Publik dari Hybels dan Weaven (1992 : 1418):
  Pesan utama yang disampaikan komunikator baik verbal maupun nonverbal.
  Pesan tanggapan atau balikan diterima komunikator dari komunikan.
  Pesan tanggapan atau balikan antarpendengar.
H. Hakikat Komunikasi Lisan dan Tertulis
 1. Komunikasi Nonverbal
 Komunikasi nonverbal ialah penyampaian dan penerimaan pesan di antara dua orang atau lebih yang dilakukan melalui symbol nonverbal (lambang komunikasi selain bahasa).
a. Unsur-unsur komunikasi nonverbal
1) Paralinguistik yaitu suara, bunyi atau jeda yang menyertai tuturan seseorang untuk menendakan emosi atau perasaan serta sikap pelaku komunikasi.
2) Kinesik yaitu gerak atau perubahan unsure-unsur tubuh yang menyertai suatu tuturan.
3) Tipe muka, seperti tinggi atau pendek, gemuk, gendut, kurus, gondrong, atau cepak.
4) Keaktifan, seperti lincah, gesit, tenang atau lambat.
5) Sentuhan, seperti bergandengan tangan.
6) Ruang dan jarak, seperti sempit dan luas, sekolah, rumah, rumah sakit, dan pasar.
7) Waktu, seperti pagi, siang, petang, malam, santai dsb.


b. Fungsi komunikasi nonverbal
1) Memperjelas, melengkapi, atau menambah makna pesan komunikasi verbal.
2) Mengatur komunikasi verbal.
3) Pesan suara nonverbal dapat menggantikan pesan verbal.
4) Memberikan penguatan atau penekanan terhadap sesuatu yang disampaikan secara verbal.
5) Mengekspresikan perasaan dan sikap.
2. Komunikasi Verbal
  Komunikasi verbal ialah kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan bahasa.
a. Karakteristik bahasa
1) Bersifat sistemik, terdiri atas seperangkat aturan. Bahasa memiliki komponen utama :
a) Bentuk (Fonologi, gramatika, dan leksikal)
b) Isi (sistemik)
c) Penggunaan (Pragmatik)
2) Bersifat simbolik, terdiri atas lambang yang memiliki konsep dan arti tertentu.
3) Bersifat Arbitrer atau mana suka, umumnya bunyi bahasa disusun dengan cara tertentu hanya bersifat kebetulan.
4) Bersifat konvensional, penetapan lambang-lambangatau aturan bahasa yang mengacu pada makna atau konsep tertentu atas dasar kesepakatan pemakainya.
5) Sarana ekspresi diri dan interaksi sosial.
6) Identitas suatu kelompok masyarakat.
3. Ragam Komunikasi Verbal
a. Komunikasi lisan
  Komunikasi lisan adalah suatu kegiatan komunikasi yang menggunakan suara sebagai sarananya (berbicara dan menyimak).
1) Menurut Koch (1992:78) proses berbicara melibatkan unsur :
a) Pembicara sebagai penyampai pesan.
b) Pesan atau isi pembicaraan.
c) Saluran atau alat penyampai pesan.
d) Sasaran pembicaraan atau penyimak.
e) Tanggapan sasaran atau penyimak.

2) Situasi Berbicara :
a) Pembicara ingin menyampaikan isi, informasi atau perasaan.
b) Pembicara menyandikan isi pembicaraan (pesan) melalui lambang verbal dan nonverbal.
c) Pesan dikirimkan melalui saluran kepada penyimak.
d) Penyimak menerima dan memahami pesan.
e) Penyimak menanggapi pesan.
3) Tahap-tahap proses menyimak :
a) Penyimak menerima rangsangan lisan yang disampaikan oleh pembicara.
b) Penyimak memusatkan perhatian untuk memilih hal-hal yang penting.
c) Penyimak menentukan dan memahami makna yang disampaikan pembicara.
b. Komunikasi tertulis
  Komunikasi tertulis adalah kegiatan komunikasi yang menggunakan sarana tulisan (membaca dan menulis).
1) Tahap proses menulis :
a) Prapenulisan
b) Menulis
c) Pascapenulisan
2) Proses membaca merupakan kegiatan pemaknaan yang terus menerus berdasarkan apa yang tersaji dalam teks karangan serta pengetahuan yang dimiliki pembacanya.






BAB IV
PENDEKATAN PENGAJARAN ATAU PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR
A. Pengertian Pendekatan, Metoda dan Teknik Pengajaran Bahasa
1. Pendekatan adalah seperangkat asumsi yang bersifat aksiomatik mengenai hakikat bahasa, pengajaran bahasa dan belajar bahasa.
2. Metoda adalah seperangkat rencana keseluruhan yang bersifat prosedural dalam pengajaran bahasa secara ajeg, rapi, tertib, tidak ada bagian yang kontradiktif dan semua itu berdasarkan pendekatan terpilih.
3. Teknik adalah suatu muslihat atau cara, tipu daya, dalam menyajikan bahan dan sifatnya implementasi.
B. Jenis Pendekatan, Metoda dan Teknik Pengajaran Bahasa
a. Pendekatan pada pengajaran Bahasa Indonesia :
1) Pendekatan tujuan
2) Pendekatan komunikatif
3) Pendekatan CBSA
4) Pendekatan keterampilan proses
5) Pendekatan spiral
6) Pendekatan lintas materi
7) Pendekatan whole language
b. Jenis-jenis metoda menurut William Francis Macky :
1) Metoda langsung
2) Metoda alami
3) Metoda psikologikal
4) Metoda fonetik
5) Metoda membaca
6) Metoda tatabahasa
7) Metoda terjemahan tatabahasa
8) Metoda ekletik
9) Metoda unit
10) Metoda terjemahan
11) Metoda kontrol bahasa
12) Metoda mimikri-memorasi
13) Metoda teori-praktek
14) Metoda kognate
15) Metoda dwibahasa
c. Metoda menurut GBPP kurikulum 1984 :
1) Metoda penugasan
2) Metoda eksperimen
3) Metoda proyek
4) Metoda diskusi
5) Metoda widyawisata
6) Metoda bermain peran
7) Metoda demonstrasi
8) Metoda sosiodrama
9) Metoda pemecahan masalah
10) Metoda Tanya jawab
11) Metoda latihan
12) Metoda ceramah
13) Metoda bercerita
14) Metoda pameran
d. Teknik Pengajaran Bahasa
1) Teknik penugasan
2) Teknik diskusi
3) Teknik dramatisasi
4) Teknik Tanya jawab
5) Teknik latihan
6) Teknik bercerita
7) Teknik bermain peran
8) Teknik karyawisata
9) Teknik bisik berantai
10) Teknik bertanya
11) Teknik wawancara
12) Teknik ceramah
C. Hubungan Pendekatan, Metoda dan Teknik Pengajaran Bahasa
  Pendekatan merupakan landasan dalam merancang dan menilai serta melaksanakan proses belajar mengajar, sedangkan metoda merupakan rancangan procedural untuk merealisasikan pendekatan dan teknik merupakan pelaksanaan dari pendekatan dan metoda yang dilaksanakan atau dijabarkan berdasar metoda, harus serasi dan sejalan dengan pendekatan.




















BAB V
MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN
A. Pendahuluan
  Membaca dan menulis dasar utama untuk belajar selanjutnya atau memperoleh pengetahuan dalam rangka pertumbuhan dan perkembangan daya nalar (berpikir), pertumbuhan sosial dan emosional.
B. Tujuan Membaca dan Menulis
1. Tujuan membaca dan menulis untuk mengembangkan keterampilan atau kemampuan membaca dan menulis
2. Melatih mengenal huruf (membaca dan menulis huruf)
3. Melatih keterampilan mengubah tulisan menjadi suara
4. Melatih membaca dan menulis sesuai teknik
5. Melatih memahami bahasa (kata atau kalimat) yang dibaca dan ditulis
6. Melatih mengungkapkan ide sederhana baik lisan maupun tulisan
7. Memupuk dan mengembangkan untuk menikmati cerita
C. Ruang Lingkup
1. Pembelajaran membaca dan menulis di kelas satu (1) menggunakan huruf kecil.
2. Pembelajaran membaca dan menulis di kelas dua (2) menggunakan huruf besar dan tanda baca.
D. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
1. Kesiapan anak belajar
2. Tingkat perkembangan
3. Alat peraga
4. Aktivitas anak
5. Sikap membaca dan menulis
6. Penerangan
7. Memilih metoda membaca dan menulis yang cocok, Jenis-jenis metoda membaca dan menulis :
a. Metoda Abjad atau Alfabet
 n – i n i
 n – a n a


b. Metoda Bunyi (Klank Method)
 b – u, cara bacanya eb - u bu
c. Metoda Suku Kata
 Diawali dengan mengenal suku kata, lalu digabung menjadi kata baru.
 i – ni
 i – na
d. Metoda Kata Lembaga
 Diawali dengan mengenal kata, lalu dipecah menjadi suku kata.
  n i n a
 n i – n a
e. Metoda Global
 Diawali dengan adanya gambar, lalu kata, setelah itu bambar dapat dihapus.
  b o l a
  b o l a
f. Metoda SAS (Stuctural Analysis Syntesis)
 Diawali dengan adanya sebuah cerita singkat, contoh :
Kemarin ibu Nani pergi belanja.
Ia membelikan Budi sebuah tas sekolah
Ibu Nani sangat menyayangi Budi.
 Kemudian ada gambar dan kalimat singkat
 
  I b u n a n i


 Lalu gambar dihilangkan dan kalimat singkat tersebut dianalisa.
ibu nani
ibu nani
i – bu na – ni
i – b – u n – a – n – i
i – bu na – ni
  ibu nani
ibu nani
E. Langkah-Langkah Pengajaran Membaca
1. Di Kelas Satu (I)
a. Telaah kurikulum (syllabus dan program semester)
b. Penyusunan rencana pembelajaran (RPP)
c. Pelaksanaan pembelajaran
1) Membaca tanpa buku
a) Menunjukkan gambar
b) Menceriterakan gambar
c) Menceriterakan ulang
d) Memberi tulisan sesuai gambar
 Pengembangan :
a) Mengenal unsur kata dari kalimat,
 
bunga mawar
bunga ……… bunga

……….. mawar mawar



b) Mengenal suku kata dari kata,
c) Mengenal huruf dari suku kata,
d) Mengenal suku kata jadi kata,
e) Mengenal kata jadi kalimat.
2) Membaca dengan buku
a) Memperkenalkan buku (warna, isi, jilid, tulisan dan gambar)
b) Member petunjuk cara penggunaan (melihat halaman atau gambar)
c) Memeilhara buku
d) Menceriterakan isi
e) Membaca pola kalimat yang ada
 Pengembangan :
a) Membaca majalah anak-anak
b) Membaca kalimat guru
c) Membaca kalimat anak

2. Di Kelas Dua (II)
a. Melanjutkan pembelajaran di kelas satu (I).
b. Membaca dengan lafal tepat, dengan intonasi yang wajar.

F. Langkah-Langkah Pengajaran Menulis
1. Di Kelas Satu (I)
 Sesuai dengan pembelajaran membaca :
a. Pengenalan huruf dari suku kata atau kata atau kalimat
b. Latihan
1) Latihan memegang pensil
2) Latihan gerakan tangan
a) Garis lurus :

b) Garis lengkung :

c) Garis lingkaran/bundar :

d) Setengah lingkaran :

e) Garis sambung :

f) Garis sambung lanjutan :


c. Mengeblat (menjiplak)
1) Dengan karton
2) Dengan kertas tipis
3) Menebalkan tulisan
4) Menghubungkan titik-titik
d. Menatap
e. Menyalin
f. Menulis huruf indah
g. Dikte (imlak)
h. Melengkapi : huruf, suku kata, dan kata
i. Menulis nama
j. Mengarang sederhana
2. Di Kelas Dua (II)
 a. Pengenalan huruf baru atau mengulang
 b. Menyalin atau menjiplak (dengan huruf besar dan tanda baca)
 c. Menyalin tulisan lepas ke tulisan sambung
 d. Menyalin huruf kecil ke huruf besar




 e. Menyalin dengan melengkapi (tanda baca, huruf besar atau kata)
 f. Menulis halus atau indah
 g. Dikte atau imlak
 h. Menulis nama
 i. Mengarang sederhana

G. Penilaian Membaca dan Menulis
1. Tujuan dan Fungsi
a. Umpan balik
b. Info keberhasilan belajar
c. Menentukan nilai
2. Ruang Lingkup Penilaian
a. Proses belajar dan hasil belajar
3. Pengajaran Membaca
a. Pengajaran membaca :
1) Membaca kata dan kalimat
2) Membaca dan menyalin
3) Membaca dengan lafal yang tepat
4) Membaca dengan intonasi yang tepat
5) Membaca paragrap atau alinea
b. Pengajaran menulis :
 Pada dasarnya sama dengan pengajaran membaca, pengajaran menulis meliputi menulis huruf, kata, suku kata, dan kalimat serta mengarang sederhana. Pelaksanaannya meliputi hasil latihan dengan diberi nilai baik, cukup dan kurang, lalu diberi catatan dan diberi contoh perbaikan, lalu dengan cara dikte yang pemeriksaannya oleh siswa atau guru.Jenis penilaiannya formatif dan sumatif melalui menyalin, melengkapi, dikte, menulis nama, dan mengarang sederhana.


BAB VI
KURIKULUM BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH SEKOLAH DASAR

A. Pengantar
1. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2006 yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
2. Kurikulum 2006 pendidikan Bahasa Indonesia meliputi aspek Menyimak, Berbicara, Membaca dan Menulis.
B. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di Kelas Satu
1. Standar Kompetensi
a) (Menyimak) memahami wacana lisan tentang deskripsi benda-benda di sekitar dan dongeng.
b) (Menulis) menulis permulaan dengan huruf tegak bersambung melalui kegiatan dikte dan menyalin.
c) (Berbicara) mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan dengan gambar, percakapan sederhana, dan dongeng.
d) (Membaca) memahami teks pendek dengan membaca lancer dan membaca puisi anak.
2. Kompetensi Dasar
a) Mengulang deskripsi benda-benda sekitar.
b) Menyebutkan isi dongeng.
c) Menjelaskan isi gambar tunggal atau gambar seri sederhana dengan bahasa yang mudah dimengerti.
d) Melakukan percakapan sederhana dengan menggunakan kalimat dan kosakata yang sudah dikuasai.
e) Menyampaikan rasa suka atau tidak suka tentang suatu hal atau kegiatan dengan alasan sederhana.
f) Membaca lancer beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat.
g) Membaca puisi anak yang terdiri dari 2-4 baris dengan lafal dan intonasi yang tepat.
h) Menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan huruf tegak bersambung.
i) Menyalin puisi anak dengan huruf tegak bersambung.
C. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di Kelas Dua
1. Standar Kompetensi
a) (Menyimak) memahami teks pendek dan puisi anak yang dilisankan.
b) (Berbicara) mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pengalaman secara lisan melalui kegiatan bertanya, bercerita, dan deklamasi.
c) (Membaca) memahami teks pendek dengan membaca lancarbdan membaca puisi anak.
d) (Menulis) menulis permulaan melalui kegiatan melengkapi cerita dan dikte.
2. Kompetensi Dasar
a) Menyebutkan kembali dengan kata0kata atau kalimat sendiri isi teks pendek.
b) Bertanya kepada orang lain dengan menggunakan pilihan kata yang tepat dan santun berbahasa.
c) Menyimpulkan isi teks pendek (10-15 kalimat) yang dibaca dengan membaca lancar.
d) Menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan menggunakan huruf tegak bersambung dan memperhatikan penggunaan huruf capital dan tanda titik.



D. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : I
Semester : Genap
Alokasi Waktu : 2 x 60 Menit
Hari/Tanggal : Selasa/12 Pebruari

1. Standar Kompetensi
(Menulis) menulis permulaan dengan huruf tegak bersambung melalui kegiatan dikte dan menyalin.
2. Kompetensi Dasar
Menyalin puisi anak dengan huruf tegak bersambung.
3. Indikator
  Menyalin cerita pengalaman sederhana dengan huruf tegak bersambung
4. Tujuan Pembelajaran
 Melalui pembelajaran murid dapat menyalin cerita pengalaman sederhana dengan huruf tegak bersambung.
5. Materi Pokok Pembelajaran
  Kalimat sederhana dengan huruf tegak bersambung (terdiri atas 3-5 kata)
6. Langkah-langkah Pembelajaran
a) Dengan bimbingan guru, murid membiasakan diri duduk pada posisi yang benar, kemudian murid mengerjakan atau melaksanakan duduk dalam posisi yang benar (baik untuk keperluan membaca atau menulis), dilanjutkan dengan mengatur jarak pandang antara mata dan objek buku yang akan dibaca tepat (+ 30 cm) baik untuk keperluan membaca atau menulis.
b) Dengan bimbingan guru, murid berlatih menuliskan pikiran dan pengalamn dengan huruf sambung dengan rapi yang mudah dibaca orang lain.
c) Murid membacakan tulisan sendiri yang berisi pikiran dan pengalamannya.
d) Murid membacakan tulisan teman yang berisi pikiran dan pengalamannya, misalnya :
Setiap hari aku belajar berhitung, membaca, dan menulis. Setelah selesai belajar, bermain bola itu kegemaranku.
e) Murid membaca teks bacaan pendek denga lafal dan itonasi yang tepat dalam posisi duduk yang benar, dillanjutkan Tanya jawab.
f) Guru memberikan tugas untuk belajar di rumah.
7. Alat dan Sumber
  Gambar, benda asli atau model benda, buku paket, dan buku penunjang.
8. Penilaian
Jenis Tes : Tes lisan, tes tertulis, performance, proyek produk,dan portofolio.
Bentuk Tes : Pilihan ganda, isian singkat, dan uraian terbatas.
Contoh Tes : Lihat bank soal.
Mengetahui
Kepala Sekolah,



 NIP. ………………………….
Guru Kelas,




  NIP. ………………………….
























 











ISLAMIC EDUCATION


BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
“Katakanlah, Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia, tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan mengada-ada terhadap Allah tentang apa yang tidak kamu ketahui.” (Qs. Al-Araf : 33)
Ironis, ketika realitanya negara yang mayoritas masyarakatnya beragama islam namun perangkat sistem dan implementasinya sungguh banyak yang melawan lajur aman dari islam.
Mari kita sedikit merefleksi fenomena yang terjadi di sekitar kita.
Baru-baru ini seorang ayah tega menghancurkan harapan masa depan “Tegar”, seorang anak balita malang yang kehilangan kakinya karena dilindas kereta api hasil perbuatan ayahnya sendiri.
Mari renungkan lagi, seorang Kapolsek di salah satu daerah merenggut impian gadis SMP kelas 3, dengan memperkosanya rutin berkala selama 4 bulan.
Bahkan banyak hari ini guru yang tampak bersifat bukan seperti guru, memperkosa, menganiaya tanpa sebab rasional, bahkan menghukum dengan cara yang tidak mendidik. (Astagfirullahaladzim)
 Adalah suatu hal yang sangat memprihatinkan apabila sampai pada hari ini umat Islam yang mayoritas masyarakat Indonesia masih terjerumus dalam moralitas yang bukan islam. Apakah mereka tidak menyadari agamanya adalah agama termulia, apakah mereka tidak bisa mengimplementasikan perintah dan larangan yang tercantum dalam pedoman hidup mereka ( Al-Quran dan Hadits). Apakah begitu sulit dalam memahami dan mengimplementasikan agama termulia ini.
 Hal diatas mengawali ide penulis yang ingin mengurai peran Guru dalam pembelajaran islam ( Guru disini penulis pandang bisa masyarakat,orang tua, Guru Sekolah, Guru mengaji, atau siapa saja yang menjadi subjek bagi objeknya). Guru terpilih sebagai hal yang ingin dianalisis karena menurut penulis, hari ini banyak guru yang belum bisa menjadi guru.



B. Rumusan Masalah
Dalam kesempatan ini, penulis ingin membuka tabir pemahaman mengenai peran guru dalam pembelajaran islam, maka penulis mengungkapkan rumusan masalahnya sebagai berikut:
 Apa definisi pembelajaran islam
 Bagaimana implementasi pembelajaran islam
 Apa saja sifat-sifat guru dalam pembelajaran islam

C. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini, secara eksplisit ialah sebagai berikut :
 Untuk memahami pengertian pembelajaran islam
 Untuk mengetahui implementasi pembelajaran islami
 Untuk menerapkan sifat-sifat guru dalam sistem pembelajaran islam

D. Sistematika Penulisan Makalah
Sistematika penulisan yang digunakan ialah seperti organisasi karya ilmiah khususnya makalah pada umumnya.
Pada BAB I Pendahuluan mencakup latar belakang masalah, rumusan masalh, tujuan penulisan makalah dan sistematika penulisan makalah.
Pada BAB II Isi mencakup definisi pembelajaran islam, implementasi pembelajaran islam, dan sifat-sifat guru dalam pembelajaran islam.
Pada BAB III Penutup mencakup kesimpulan dan rekomendasi.









BAB II. ISI


A. Definisi Pembelajaran Islami

Sebelum memasuki definisi pembelajaran islam, penulis ingin lebih mengakarkan kata “pembelajaran” dan “islam”
 Pertama-tama kata “Pembelajaran”, pembelajaran merupakan kata yang berasal dari Bahasa Indonesia, asal kata pembelajaran belajar1 ajar2.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Modern :
Belajar adalah berusaha, berlatih untuk mendapat pengetahuan, sedangkan ajar adalah petunjuk yang diberikan kepada orang untuk diketahui (diturut).
Definisi secara parsial diatas dapat memberikan pencerahan dalam substansi masing-masing kata, substansinya ialah “Pengetahuan dan diketahui”
Konsep dan pengertian PEMBELAJARAN (dari kacamata pendidikan), menurut Dimyati dan Mujiono (1999:297) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif , yang menekankan pada sumber belajar.
Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.





Definisi diatas terdapat kelaziman bahwa proses pembelajaran dipandang sebagai aspek pendidikan jika berlangsung di sekolah saja. Guru berperan sebagai pendidik melakukan rekayasa pembelajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku, dalam tindakan tersebut guru menggunakan landasan pendidikan yang merupakan teori pendidikan. Padahal jika di cermati guru tidak hanya berperan sebagai pendidik dan ruang lingkupnya tidak hanya di lembaga pendidikan (misalkan : sekolah). Guru adalah predikat yang mulia,Orang tua bias berperan sebagai guru bagi anak-anaknya, kakak sebagai guru bagi adik-adiknya, teman sebagai guru bagi teman yang lainnya, masyarakat sebagai guru bagi masyarakat lainnya jika batasan ruang lingkup kajian guru3 adalah seseorang yang mendidik, melatih, mengevaluasi,membimbing, mengajar dan saling berbagi dalam hal kebaikan. Menurut penulis predikat guru tidak hanya bagi guru tenaga pendidik di lembaga formal.
 “Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumu, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.” ( Q.S Ar.Rahman, 55:53)
Substansi dari ayat diatas ialah, Alloh swt mendorong umat manusia untuk menjelajahi seluruh penjuru bumi dan melintasi langit. Manusia akan dapat melakukan dorongan Alloh tersebut apabila mereka menguasai Ilmu Pengetahuan4. Selain itu, hal tersebut diperkuat juga dengan hadits :
“Tuntutlah ilmu sampai ke Negeri Cina” ( H.R Ibnu ‘Uda)
Secara implisit dapat di akui Ilmu Pengetahuan dapat di peroleh dari proses pembelajaran, maka jelas Al-Qur’an dan Hadits mendorong manusia untuk selalu melakukan pembelajaran.







.
Penulis dapat menarik hasil analisisnya, bahwa pembelajaran adalah proses mengupas pengetahuan, untuk mengetahui dan diketahui, dipahami serta diterapkan. Pembelajaran juga merupakan proses yang tidak terikat oleh ruang juga waktu. Mengapa demikian, karena pembelajaran bisa tetap dilakukan tidak harus dalam ruangan dan waktu yang sama.
Selanjutnya mari kita memasuki definisi Islam,
“Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Alloh hanyalah islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab5 kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafirhadap ayat-ayat Alloh maka sesungguhnya Alloh sangat capat hisab-Nya.” ( Q.S Al Imran 3:19)
Di dalam Al-Qur'an, Islam, seringkali diartikan kerelaan.
dari seseorang untuk menjalankan perintah-Nya dan mengikuti-Nya. Hal ini dijelaskan dalam (Q.S 3:67) : "Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani
akan tetapi dia adalah seorang yang lurus6 lagi menyerahkan
diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari
golongan orang-orang musyrik."














  Islam" dalam bahasa arab "berserah diri".
Dalam surat yang berbunyi "agama yang diridhoi Allah adalah Islam"
Sebagian ahli kitab mentafsirkan bahwa islam bukanlah nama, maka "agama yang diridhoi Allah adalah berserah diri"
Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia Modern, Islam adalah agama yang disampaikan oleh Muhammad saw, berpedoman pada Al-Quran yang diturunkan melalui wahyu Alloh.
Jadi Pembelajaran islam adalah suatu proses “mengupas” yang telah didefinisikan sebelumnya yang sesuai dengan ruang lingkup ajaran islam.

B. Implementasi Pembelajaran Islami
Ilmu Islam, menurut Fazlurrahman (1985) dalam Hamdi (2004) sebaiknya harus dibedakan antara Islam sebagai objek kajian keilmuan dan Islam sebagai landasan etis. Sebagai objek kajian keilmuan Islam harus tunduk dan patuh terhadap prosedur-prosedur keilmuan. Sebagai contoh, al-Qur’an sebagai teks, maka ia bisa dikaji oleh siapa saja, tidak peduli apakah orang itu mempercayai al-Qur’an sebagai wahyu yang datang dari Tuhan atau tidak. Inilah yang dikatakan Fazlur Rahman bahwa orang non-Muslim pun bisa mengkaji al-Qur’an dan hasilnya memiliki derajat yang sama dengan tafsir yang disusun oleh seorang Muslim. Kedua tafsir tersebut sama-sama memiliki derajat relatif dalam perspektif ilmu.
Oleh sebab itu, al-Qur’an sebagai teks harus terbuka untuk dikaji melalui teori-teori teks sebagaimana teori-teori tersebut digunakan untuk mengkaji teks-teks sekuler non-ilahi (Abu Zaid, 1998). Temuan-temuan baru dalam semiotika dan hermeneutika, misalnya, harus bisa diaplikasikan untuk mengkaji al-Qur’an. Sebagaimana yang dinyatakan Hasan Hanafi bahwa sebagaimana teks-teks lain, al-Qur’an juga harus menerima perlakuan yang sama untuk dikaji oleh siapapun. Karena ia menjadi objek interpretasi maka harus tunduk pada aturan aturan interpretasi yang sama dengan yang dikenakan pada secular text (Hanafi, 1995). Di sisi lain, Islam sebagai landasan etis, ia menjadi pedoman pemeluknya untuk bertindak arif dalam hidup, seperti sikap amanah, adil, dan lain sebagainya. Ini pun dalam operasionalisasi teknisnya harus tunduk pada ruang dan waktu yang melingkupinya. Namun, bila Islam dipandang sebagai landasan etis, seharusnya dalam proses pembelajaran bukan hanya dijadikan sebagai “pelajaran atau pengetahuan” tentang ilmu agama, tetapi seharusnya dilakukan dengan cara penanaman nilai-nilai luhur dan bentuk keteladanan dan pengalaman akan lebih efektif ketimbang internalisasi nilai melalui ucapan dan ceramah seperti yang selama ini terjadi. Adanya sosok guru yang menjadi figur panutan akan lebih besar pengaruhnya dari pada berkali-kali menyelenggarakan presentasi ilmiah tanpa ada figur yang diteladani. Keberhasilan Nabi Muhammad SAW. dalam mendidik keluarga dan sahabat-sahabat dan umatnya tidak lain karena adanya keseimbangan antara “mauidhah hasanah” dengan “uswatun hasanah” nya (Q.S. An-Nahl, 125; Al-Ahzab, 21).
Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya proses pembelajaran. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini.
Implementasi atau penerapan pembelajaran islam dalam realitanya hanya merk yang tidak diimbangi dengan kualitas. Masyarakat Indonesia khususnya, merupakan masyarakat mayoritas islam. Semestinya menjadi generasi Qur’ani dan Hadits ( generasi yang selalu melandasi aktivitas dan perilaku dengan Qur’an dan Hadits).
Berujung pada pengkhianatan untuk agama sendiri. Penyimpangan demi penyimpangan terjadi seringkali tanpa adanya kehadiran evaluator yang paham juga terhadap pedoman hidup kita yang hakiki. Sehingga berakibat fatal bagi generasi masyarakat Indonesia, banyak di sekitar kita moralitas ditenggelamkan oleh uang, Agama dilepaskan hanya karena lapar yang mencakar, industrialisasi pendidikan karena ketakpahaman sistem pendidikan yang sesuai islam, Oleh karena itu, sudah seharusnya revolusi dibangkitkan untuk memperbaiki keterpurukan realita pembelajaran yang terjadi dewasa ini.
 Telah disinggung pada awal pembahasan makalah ini mengenai definisi pembelajaran islam, yang tidak terikat oleh ruang dan waktu. Terbukti dalam implementasinya orang tua bagi anaknya penulis analogikan sebagai seorang guru. Ketika ibu mengandung salah satu pembelajaran islam dapat diterapkan, Contohnya Ibu selalu melantunkan Al Quran ketika mengandung anaknya. Adapun tujuan pembelajaran Al Qur'an sejak bayi dalam kandungan itu untuk menajamkan fitrah iman dan Islam pada anak sehingga mereka nantinya diharapkan menjadi anak yang shaleh dan shalehah dan mencintai Al Qur'an.
 Ketika lahir, sang anak wajib senantiasa diakrabkan dengan Al Qur’an dan Hadits bukan diperkenalkan dengan acara televisi yang saat ini telah banyak dinodai dengan pembodohan, permainan di mal-mal,atau westernisasi budaya baik gaya hidup atau cara berperilaku. Untuk mengakrabkan anak dengan pedoman tersebut tentu orang tua memiliki peran sebagai guru bagi anaknya, jadi keharusan bagi orang tua untuk memahami dengan benar Al-Qur’an dan hadits wajib dipelihara. Seorang kakak bagi adiknya harus bisa menjadi tauladan dalam segala gerak pola tingkah laku, kakakpun bisa menjadi guru. Seorang guru dalam pendidikan formal juga perangkat penting dalam pembentukan karakter manusia. Guru disini sebaiknya tidak menjadi robot kurikulum, mendesain pembelajaran tanpa melihat jati diri bangsa yang menganut agama termulia. Sudah saatnya guru bangkit melawan system yang kadang menjauhkan anak-anak didik dari pembelajaran islam.
 Jadi substansi dalam implementasi pembelajaran islam adalah Al Quran dan Hadits sebagai lentera hidup, juga guru yang paham betul dengan pembelajaran islam yang nantinya dapat menjadi pionir pelaksanaan pembelajaran islam di lingkup ketika ia menjadi subjek “GURU”. Lalu bagaimana guru yang belum paham akan pembelajaran islam? Diharapkan kembali belajar memahami islam, konkritnya bisa dengan cara pesantren, mengikuti forum diskusi keislaman, mengikuti pelatihan yang bisa mambantu menambah pemahaman keislaman juga dengan cara memiliki guru pribadi sebagai evaluator tindakan dalam kehidupan. Guru sebaiknya bersikap terbuka, bisa sama-sama belajar, atau berguru lagi, bukanlah soal seorang guru memiliki guru. Hidup ini harus lebih bermanfaat dan bergerak kearah lebih baik (Visioner)7, maka jadilah guru yang selalu berguru pada apapun dan siapapun yang implementasinya sesuai rambu-rambu pembelajaran islam.
Implementasi pembelajaran islam bisa direkayasa sesuai dengan kemampuan guru untuk menampilkan dan menyajikan pembelajaran tersebut. Tampilan tersebut sebaiknya memperhatikan tumbuh kembang objek sehingga pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami. Tapi satu hal yag harus diperhatikan, berikanlah kebebasan kepada peserta didik untuk mengungkapkan rasa pengetahuanya, keingintahuaannya dan idenya. Karena hal-hal tersebut merupakan permata intelektual yang dapat memberikan kontribusi pada proses pembelajaran islam di masa depan.Amin..






C. Sifat-sifat Guru dalam Sistem Pembelajaran Islami
Dalam Islam, kedudukan seorang guru sangatlah mulia. Dan oleh karena itu pula sudah selayaknya seorang guru juga menjaga kemuliaan dirinya. Dalam pembelajaran islam guru hendaknya menempuh metode pendidikan yang jitu sesuai dengan apa yang diajarkan dalam Al Qur’anul karim dan as Sunnah Nabawiyah, karena para guru ikut berpartisipasi dalam menyiapkan generasi muslim pada masa yang akan datang. Guru dapat menjadi pionir dalam pembelajaran islami, maka dari itu ada beberapa sifat yang harapannya bisa menjadi sifat bagi semua guru.
 Zuhud dalam arti tidak mengutamakan materi, guru bertindak baik melatih, mengajar membimbing atau mengevaluasi semata-mata karena mencari keridlaan Allah. Jika seorang ibu terhadap anaknya cukuplah bahagia dengan melihat kesuksesan anak lahir maupun batin hasil dari pembelajaran islam.
 Kebersihan guru harus senantiasa dijaga. Artinya seorang guru harus bersih tubuhnya, jauh dari perbuatan maksiat, dosa, dan kesalahan. Bersih jiwanya, terhindar dari dosa besar, sifat riya’, dengki, permusuhan, perselisihan dan sifat-sifat lain yang tercela. Rasulullah saw. bersabda: “Rusaknya umatku karena dua macam manusia, yaitu seorang alim yang durjana dan seorang shaleh yang jahil, orang yang paling baik adalah ulama yang baik dan orang yang paling jahat adalah orang-orang yang bodoh”
 Ikhlas dalam bertindak. Keikhlasan dan kejujuran merupakan kunci bagi keberhasilan seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Ikhlas artinya sesuai antara perkataan dan perbuatan, melakukan apa yang ia katakan dan tidak malu untuk menyatakan ketidaktahuan. Seorang alim adalah orang yang selalu merasa harus menambah ilmunya dan menempatkan dirinya sebagai pelajar untuk mencari hakikat, di samping itu ia ikhlas terhadap murid dan menjaga waktunya. Tidak ada halangan seorang guru belajar dari muridnya, karena seorang guru dalam pendidikan Islam adalah seorang yang rendah hati, bijaksana, tegas dalam kata dan perbuatan, lemah lembut tanpa memperlihatkan kelemahan, keras tanpa memperlihatkan kekasaran.
 Pemaaf. Ia sanggup untuk menahan kemarahan, menahan diri, lapang hati, sabar, dan tidak pemarah.
 Seorang guru merupakan bapak/ibu, saudara, dan sahabat, oleh karena itu guru dapat menjadi pionir dalam pembelajaran.
 Seorang guru harus mengetahui tabiat murid
 Menguasai materi pembelajaran, dalam hal ini manusia tentu diberikan kekayaan potensi yang menjadi ciri pribadi. Maka berdayakanlah potensi tersebut secara islam sehingga bermanfaat bagi umat dan bangsa
 Kreatif dalam memberikan pembelajaran kepada objek tindakannya, sehingga sang objek mudah dalam menerima transfer pemikiran yang diberikan.
 Harus menaruh kasih sayang terhadap murid dan memperhatikan mereka seperti terhadap anak sendiri.
 Memberikan nasihat kepada murid dalam setiap kesempatan.
 Mencegah murid dari akhlak yang tidak baik dengan jalan sindiran, terus terang, halus dengan tidak mencela.
 Guru harus memperhatikan tingkat kecerdasan objek tindaknya dan berbicara dengan mereka dengan kadar akalnya, termasuk di dalamnya berbicara dengan bahasa mereka.
 Tidak menimbulkan kebencian pada objek tindaknya terhadap suatu cabang ilmu yang lain.
 Guru harus mengamalkan ilmu dan selarasnya kata dengan perilaku.











BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan
 Dari pengupasan beberapa topik dalam makalah ini, dapat ditarik kesimpulannya.Penulis dapat menarik hasil analisisnya, bahwa pembelajaran adalah proses mengupas pengetahuan, untuk mengetahui dan diketahui, dipahami serta diterapkan. Pembelajaran juga merupakan proses yang tidak terikat oleh ruang juga waktu. Mengapa demikian, karena pembelajaran bisa tetap dilakukan tidak harus dalam ruangan dan waktu yang sama.
Di dalam Al-Qur'an, Islam, seringkali diartikan kerelaan.
Jadi Pembelajaran islam adalah suatu proses “mengupas” rasa ingin tahu, untuk mengetahui atau mendapatkan pengetahuan yang sesuai dengan cara ajaran islam.
Substansi dalam implementasi pembelajaran islam adalah Al Quran dan Hadits sebagai lentera hidup, juga guru yang paham betul dengan pembelajaran islam yang nantinya dapat menjadi pionir pelaksanaan pembelajaran islam di lingkup ketika ia menjadi subjek “GURU”. Lalu bagaimana guru yang belum paham akan pembelajaran islam? Diharapkan kembali belajar memahami islam, konkritnya bisa dengan cara pesantren, mengikuti forum diskusi keislaman, mengikuti pelatihan yang bisa mambantu menambah pemahaman keislaman juga dengan cara memiliki guru pribadi sebagai evaluator tindakan dalam kehidupan. Guru sebaiknya bersikap terbuka, bisa sama-sama belajar, atau berguru lagi, bukanlah soal seorang guru memiliki guru. Hidup ini harus lebih bermanfaat dan bergerak kearah lebih baik (Visioner), maka jadilah guru yang selalu berguru pada apapun dan siapapun yang implementasinya sesuai rambu-rambu pembelajaran islam.
 Implementasi pembelajaran islam bisa direkayasa sesuai dengan kemampuan guru untuk menampilkan dan menyajikan pembelajaran tersebut. Tampilan tersebut sebaiknya memperhatikan tumbuh kembang objek sehingga pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami. Tapi satu hal yag harus diperhatikan, berikanlah kebebasan kepada peserta didik untuk mengungkapkan rasa pengetahuanya, keingintahuaannya dan idenya. Karena hal-hal tersebut merupakan permata intelektual yang dapat memberikan kontribusi pada proses pembelajaran islam di masa depan.Amin..
Guru dapat menjadi pionir dalam pembelajaran islami, maka dari itu ada beberapa sifat yang harapannya bisa menjadi sifat bagi semua guru.
 Zuhud dalam arti tidak mengutamakan materi, guru bertindak baik melatih, mengajar membimbing atau mengevaluasi semata-mata karena mencari keridlaan Allah. Jika seorang ibu terhadap anaknya cukuplah bahagia dengan melihat kesuksesan anak lahir maupun batin hasil dari pembelajaran islam.
 Kebersihan guru harus senantiasa dijaga. Artinya seorang guru harus bersih tubuhnya, jauh dari perbuatan maksiat, dosa, dan kesalahan. Bersih jiwanya, terhindar dari dosa besar, sifat riya’, dengki, permusuhan, perselisihan dan sifat-sifat lain yang tercela. Rasulullah saw. bersabda: “Rusaknya umatku karena dua macam manusia, yaitu seorang alim yang durjana dan seorang shaleh yang jahil, orang yang paling baik adalah ulama yang baik dan orang yang paling jahat adalah orang-orang yang bodoh”
 Ikhlas dalam bertindak. Keikhlasan dan kejujuran merupakan kunci bagi keberhasilan seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Ikhlas artinya sesuai antara perkataan dan perbuatan, melakukan apa yang ia katakan dan tidak malu untuk menyatakan ketidaktahuan. Seorang alim adalah orang yang selalu merasa harus menambah ilmunya dan menempatkan dirinya sebagai pelajar untuk mencari hakikat, di samping itu ia ikhlas terhadap murid dan menjaga waktunya. Tidak ada halangan seorang guru belajar dari muridnya, karena seorang guru dalam pendidikan Islam adalah seorang yang rendah hati, bijaksana, tegas dalam kata dan perbuatan, lemah lembut tanpa memperlihatkan kelemahan, keras tanpa memperlihatkan kekasaran.
 Pemaaf. Ia sanggup untuk menahan kemarahan, menahan diri, lapang hati, sabar, dan tidak pemarah.
 Seorang guru merupakan bapak/ibu, saudara, dan sahabat, oleh karena itu guru dapat menjadi pionir dalam pembelajaran.
 Seorang guru harus mengetahui tabiat murid
 Menguasai materi pembelajaran, dalam hal ini manusia tentu diberikan kekayaan potensi yang menjadi ciri pribadi. Maka berdayakanlah potensi tersebut secara islam sehingga bermanfaat bagi umat dan bangsa
 Kreatif dalam memberikan pembelajaran kepada objek tindakannya, sehingga sang objek mudah dalam menerima transfer pemikiran yang diberikan.
 Harus menaruh kasih sayang terhadap murid dan memperhatikan mereka seperti terhadap anak sendiri.
 Memberikan nasihat kepada murid dalam setiap kesempatan.
 Mencegah murid dari akhlak yang tidak baik dengan jalan sindiran, terus terang, halus dengan tidak mencela.
 Guru harus memperhatikan tingkat kecerdasan objek tindaknya dan berbicara dengan mereka dengan kadar akalnya, termasuk di dalamnya berbicara dengan bahasa mereka.
 Tidak menimbulkan kebencian pada objek tindaknya terhadap suatu cabang ilmu yang lain.
 Guru harus mengamalkan ilmu dan selarasnya kata dengan perilaku.
B. Rekomendasi
Pemikiran yang kurang visioner dan kurang adanya kesadaran memperbaiki diri dari individu yang merupakan bagian dari masyarakat Indonesia, menyebabkan carut-marutnya pemahaman pembelajaran islam di Indonesia. Akibatnya banyak perilaku yang sudah melanggar rambu-rambu. Hal ini perlu diperbaiki selain dari system pemerintahan yang hari ini sudah kehilangan arah, subjek yang di sebut guru bisa diberdayakan sebagai pionir dalam pelaksanaan pembelajaran islam.
Karena guru tidak hanya tenaga professional dalam lembaga pendidikan. Guru adalah orang tua kita, pemimpin kita, sahabat kita, saudara kita atau siapa saja di sekitar kita yang memberikan pemahaman, pelatihan, bimbingan,dan evaluasi.










DAFTAR PUSTAKA

Anwar, desi. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Modern. Surabaya : Amelia
Jauhari, Heri. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.Bandung : Pustaka Alfabet
Sagala, Syaiful.2008. Konsep dan Makna Pembelajaran (untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar) Bandung : Alfabet
Syamsuri.2004. Pendidikan Agama Islam SMA Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Syaripudin, Tatang. 2007. Landasan Pendidikan. Bandung: Percikan Ilmu.
Soenarjo,RHA. 2006. Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta : Yayasan penyelenggara pentasfir Al Qur’an
 Tim Dosen PAI UPI.2004.Islam, Doktrin dan Dinamika Umat. Bandung : Value Press



@biEneY
Kader HMI Kom STAI
Menuju Training Of Trainer
2009,Cikalong Kab Tasikmalaya.

GLD dan Autis

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan mengalami kelainan (fisik, mental-intelektual, sosial, emosional) dalam proses perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Dengan demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan tertentu, tetapi kelainan tersebut tidak signifikan sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak dengan kebutuhan khusus. Ada bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan khusus, salah satunya yaitu kesulitan belajar atau Learning Disabilities (LD). Anak berkesulitan belajar (LD) adalah individu yang mengalami gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis dasar, disfungsi sistem syarat pusat, atau gangguan neurologis yang dimanifestasikan dalam kegagalan-kegagalan yang nyata dalam pemahaman dan penggunaan pendengaran, berbicara, membaca, mengeja, berpikir, menulis, berhitung, atau keterampilan sosial. Kesulitan tersebut bukan bersumber pada sebab-sebab keterbelakangan mental, gangguan emosi, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi, tetapi dapat muncul secara bersamaan.Kelompok anak LD dicirikan dengan adanya gangguan-gangguan tertentu yang menyertainya. Gangguan-gangguan tersebut adalah gangguan latar-figur, visual-motor, visual-perseptual, pendengaran, intersensori, berpikir konseptual dan abstrak, bahasa, sosio-emosional, dan konsep diri. Gangguan aktivitas motorik, persepsi, perhatian, emosionalitas, simbolisasi, dan ingatan. Sedangkan ditinjau dari aspek akademik, kebanyakan anak LD juga mengalami kegagalan yang nyata dalam penguasaan keterampilan dasar belajar, seperti dalam membaca, menulis dan atau berhitung. Kemampuan intelektual dapat berpengaruh luas terhadap berbagai kemampuan manusia, terutama dalam prilaku belajarnya. Sementara itu dua masalah utama yang dihadapi anak LD adalah masalah akademik dan masalah pribadi-sosial. Berdasarkan ini diduga kuat bahwa paduan antara keunggulan intelektual yang dimiliki dan kesulitan belajar yang dihadapi dapat melahirkan karaktersitik sendiri yang berbeda dengan anak-anak LD pada umumnya. Secara potensial, anak LD yang memiliki inteligensi di atas rata-rata adalah sumber daya manusia unggul bagi pembangunan bangsa dan negara. Karena itu mereka mendapat perhatian yang lebih serius dalam upaya mengatasinya. Namun demikian, dalam praktek pendidikan di lapangan, khususnya di sekolah dasar, sangat mungkin terjadi guru mengalami berbagai kesulitan dalam membantu siswanya yang termasuk LD.
Berdasarkan permasalahan tersebut tampaknya diperlukan suatu model alternatif bimbingan yang dipandang efektif dan efisien dalam membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi mereka, baik masalah akademik maupun non akademis. Kekhasan karakteristik anak LD yang memiliki inteligensi di atas rata-rata, mengisyaratkan bahwa dalam pelaksanaan bimbingan perlu dilakukan melalui studi yang mendalam secara individual. Untuk itu perlu dilakukan assesmen secara obyektif, akurat, mendalam, dan komprehensif sehingga diperoleh pemahaman yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya terhadap berbagai permasalahan, keterbatasan, hambatan, kekurangan, ketidakmampuan, maupun keunggulan-keunggulan tertentu yang dimilikinya, untuk dijadikan sebagai dasar dalam merumuskan program bimbingan yang tepat sesuai dengan karakteristik dan kebutuhannya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah pengembangan kreativitas siswa berbakat dalam setting pembelajaran?
2. Bagaimanakah membimbing siswa berbakat (gifted) yang berkesulitan belajar?
3. Apakah ada perbedaan dalam layanan bimbingan pada anak kesulitan belajar akibat hambatan minimal pada sensori dan motorik?
4. Apa autisme itu?
5. Bagaimanakah layanan pendidikan bagi anak autisme?




C. TUJUAN

Adapun tujuan penyusunan makalah ini diantaranya :
1. Mengetahui dan memahami setting pembelajaran bagi siswa berbakat,
2. Mengidentifikasikan siswa berbakat yang berkesulitan belajar,
3. Mengetahui berbagai bimbingan bagi siswa berkebutuhan khusus,
4. Mengidentifikasi karakteristik anak autis,
5. Mengerti layanan pendidikan bagi anak autis,
6. Menganalisis dan mengetahui keberagaman karakteristik anak.
















BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGEMBANGAN KREATIVITAS SISWA BERBAKAT DALAM SETTING PEMBELAJARAN
Menurut Coleman (1985) secara konvensional anak berbakat adalah mereka yang tingkat intelegensinya jauh diatas rata-rata anggota kelompoknya yaitu IQ 120 ke atas. Mereka mencakup 5 % dari seluruh populasi anak-anak yang relatif sama usianya. Anak berbakat mempunyai sifat multidimensional hal ini dikemukaan oleh Renzulli ( 1979) melalui teorinya yang disebut “ Three Dimensional Models” atau “ Three Rings Conception” keberbakatan mencakup 3 dimensi yang saling berkaitan yaitu
1. Kecakapan di atas rata-rata,
2. Kreativitas,
3. Komitmen pada tugas,
Keterkaitan ketiganya dapat dipahami melalui bagan dibawah ini :










Karena karekteristik belajarnya istimewa, anak-anak berbakat dianggap memiliki kebutuhan belajar yang berbeda dengan anak-anak normal.apabila kebutuhan belajarnya terpenuhi maka potensinya diharapkan, akan dapat diwujudkan secara optimal. Menurut Kohlberg (1981) aktualisasi potensi yang mengandung arti perkembangan merupakan tujuan pendidikan. Apabila kebutuhan belajarnya tidak terpenuhi maka dapat mengakibatkan underachievement ( prestasi berkurang).

1. Ciri-Ciri Keberbakatan
a. Dibidang Kognitif antara lain perkembangan bahasa yang jauh lebih maju dari pada teman seusia, kemampuan verbal yang luar biasa, cara berpikir luwes, mampu mengeluarkan ide dan masalah yang orisinil.
b. Dibidang Afektif antara lain peka terhadap harapan dan perasaan orang lain, idealisme dan rasa keadilan muncul sejak dini.
c. Dibidang Fisik antara lain, adanya kesenjangan antara perkembangan fisik dan intelektual, toleransi rendah kelambatan antara tolak ukur mereka dan kemampuan atletik mereka.
d. Dibidang Intuisi, antara lain tampak keterlibatan dan rasa ingin tahu tentang hal-hal intuisi dan ide-ide serta fenomena metafisik.
2. Konsep Kreativitas
Kreativitas dapat ditinjau dari 4P pengertianya yaitu :
a. Sebagai produk ; yaitu suatu karya dapat dikatakan kreativ jika merupakan suatu yang baru atau orisinal dan bermakna bagi individu dan atau lingkungan.
b. Sebagai proses : bersibuk diri secara kreativ yang menunjukan kelancaran fleksibilitas dan orisinalitas da;lam berfikir dan bertingkah laku.
c. Sebagai pribadi : kreativitas mencerminkan keunikan individu dalam fikiran-fikiran dan ungkapan-ungkapanya.
d. Sebagai press : yaitu kondisi dari dalam dan dari luar yang mendorong seseorang keperilaku kreatif.
3. Proses Kreativitas.
 Pengalaman belajar yang mampu menumbuhkan kreativitas anak seyogyanya mengintegrasikan berfungsinya kedua belahan otak secara harmonis dan menyatu. Pengalaman belajar yang hanya mementingkan persepsi kognitif akan membebani belahan otak sebelah kiri dan menciutkan perkembangan otak sebelah kanan, selain itu juga akan mematikan motivasi untuk belajar. Ketika perkembangan interaksi intelektual dengan lingkungan terjadi berarti proses belajar bernilai harmonis yang mencakup berfikir linear maupun imajinatif.
4. Tingkat Kreatif dan Teknik Menumbuhkannya.
 Menurut pendapat Gowan dan Treffinger yang dilukiskan oleh Graham Wallas ada tiga tingkat proses kreatifitas :
Tingkat 1 yang disebut tingkat kreatif ditandai oleh cirri-ciri timbulnya pemikiran yang divergent dan baru atau penemuan pikiran baru dari segi afektif kehidupan tingkat ini ditandai oleh keterbukaan dan toleran terhadap keraguan tentang sesuatu. Kehidupan perasaan ditandai oleh kepercayaan diri dalam menghadapi tantangan.
Tingkat 2 yang disebut tingkat psikodelik atau perluasan pikiran dan perasaan(exspansion of the mind and emotion) yang ditandai oleh pengembangan kesadaran untuk menjangkau pada pandangan diluar pandangan. Pada tingkat ini anak dapat diadakan penelitian sederhana apa yang disebut studi mandiri.

5. Penuntun Umum untuk Mengembangakan Kreativitas Anak.
a. Pada setiap anak ada dorongan alamiah untuk ungkapan diri secara kreatif melalui kegiatan yang menyenangkan dan menggairahkan anak dan kegiatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan minat khusus masing-masing anak.
b. Kegiatan kreatif sebaiknya dilakukan dalam suasana yang santai dan seperti bermain tanpa ada tekanan untuk berprestasi.
c. Orang dewasa hendaknya berhati hati dalam memaksakan cara berfikir mereka terhadap anak kecil karena anak kecil masih hidup dalam alam fantasi yang justru daya imajinasinya merupakan kekuatannya yang hendaknya tidak dikekang.
d. Berilah kesempatan untuk menggunakan pensil dan krayon sedini mungkin meskipun hanya untuk mencoret-coret.
e. Orang tua dapat membantu anak untuk memberikan judul atau nama pada hasil karyanya, karena judul yang diberikan anak dapat mencerminkan orisinalitas anak dan membantu orang tua memahami ungkapan kreatif anak.
f. Jangan mengharapkan anak dapat menampilkan kreatifitas tiap waktu karena anak juga mempunyai saat-saat inspirasi kreatif .
g. Pendidik dapat memberikan rangsangan pada anak sebelum anak melakukan sesuatu dengan cara mengingatkan kembali pengalaman pengalaman anak.
h. Sediakan ruangan atau meja tersendiri didalam kamar yang dapat digunakan anak khusus untuk bersibuk diri secara kreatif.
i. Pendidik dapat mendorong usaha-usaha kreatif anak dengan memamerkan.

B. BIMBINGAN PADA SISWA BERBAKAT (GIFTED) YANG BERKESULITAN BELAJAR
1. Konsep dasar siswa berbakat (gifted) yang berkesulitan belajar
Anak gift adalah mereka yang mempunyai skor IQ yang tinggi dan prestasi sekolah yang baik, namun belakangan tersebut menjadi lebih kompleks dengan adanya pertanyaan mengenai anak berkemampuan tinggi yang juga mempunyai kesulitan dalam belajar (Brody dan Mills), 1997. Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori kelebihan anak gift/LD
a. “Anak-anak berbakat yang memiliki beberapa kesulitan belajar di sekolah (under achiever). Anak pada kelompok ini mungkin akan mengejutkan dengan kemampuan verbal yang sangat bagus, sementara ia mengalami kesulitan yang sangat besar pada kemampuannya menulis dan dikte. Kadang kala mereka amat pelupa, ceroboh, dan disorganized, sehingga pada tingkat lanjutan pertama dimana tingkat tuntutan semakin tinggi maka makin sulitlah mereka berprestasi.”
b. “Anak-anak yang diketahui berkesulitan belajar, dan tidak pernah teridentifikasi sebagai anak gift. Ketidaktepatan pengukuran dan atau tertekannya skor IQ sering menyebabkan dugaan yang keliru pada kemampuan intelektualnya. Jika bakat yang luar biasa tidak diketahui, maka kelebihan-kelebihannya tidak pernah menjadi fokus dalam pendidikannya sehingga tidak pernah teraktualisasikan.”
c. “Anak yang teridentifikasi sebagai anak yang tidak berbakat maupun anak yang kesulitan belajar. Mereka nampak sebagai anak yang berprestasi rata-rata. Kemampuan intelegensi yang tinggi sering kali membantu kesulitan atau kelemahannya, sehingga anak ini tidak teridentifikasi sebagai anak yang terhambat belajarnya. Disini superioritas kemampuannya menutupi kelemahannya.”
2. Karakteristik anak gifted (G) yang kesulitan belajar (LD)
Anak dengan keistimewaan ganda ini adalah suatu tipical siswa yang sering kali dikarakteristikan sebagai anak yang cerdas, tapi mempunyai problem sekolah. Keadaan ini diikuti perasaan frustasi, agresif, ceroboh, dan sering tidak mampu menyelesaikan tugas. Mereka juga sering membuat suasana kelas menjadi terganggu. Sebagian mereka bahkan mirip dengan anak LD, yakni memori dan kemampuan konseptual terbatas serta sering gagal menyelesaikan tugasnya.
Silverman direktur pusat studi anak berbakat di Denver mengatakan:
 “anak-anak dengan keistimewaan ganda ini memiliki karakteristik yang unik, mereka sering kali disebut visual-spatial learners dan memiliki long-term memory yang sangat bagus, ynag membutuhkan metode diagnosis dan pengajaran yang berbeda. Anak G/LD memandang dirinya sebagai anak yang tidak mampu di bidang akademik, sehingga meningkatkan motivasi untuk menolak tugas-tugas sekolah. Anak dengan keistimewaan seperti ini sering merasa malu dan memandang bahwa dirinya tidak mampu bersekolah. Mereka sering memiliki konsep diri yang negatif dan membuat dirinya merasa bahwa sesungguhnya tidak sama dengan teman sebayanya.”

2. Kesalahan diagnose dan sulit diidentifikasi
1.Kesalahan Diagnosa
Kesalahan diagnosa bagi anak gifted sangat mungkin terjadi. Mereka sering kali tidak dapat didiagnosa oleh guru pedagod,dokter atau psikolog sebagai anak berbakat tinggi,mereka justru banyak didiagnosa sebagai anak autis ringan,attention deficit hyperactive disorder/attention deficit disorder(ADHD/ADD),disleksia,dysphasia/aphasia,retardasi mental atau gangguan perkembangan lainnya. Hal ini karena individu gifted sering kali mempunyai karakteristik yang berpotensi untuk berperilaku negative ,terutama bagi anak gifted yang kemampuan kreatifitasnya sangat tinggi. Hal itu terutama disebabkan karena mereka:
a. Overaktif secara fisik tau mental
b. Ceroboh dengan hal-hal yang dianggapnya tidak penting
c. Pelupa,dan suka berhayal
d. Kurang tertarik pada hal-hal yang kecil
e. Penuntut
f. Tempramental
g. Tidak komunikatif,sinis,suka berargumentasi
h. Suka menanyakan aturan dan otoritas
Menurut pengalaman Silverman, karakteristik anak G/LD yang mempunyai potensi negatif antara lain :
a. Memorinya sangat buruk
b. Menolak tugas-tugas menulis
c. Daya usaha rendah
d. Punya kesulitan dalam menghapal dan mencatat di kelas
e. Sering kurang berkonsentrasi di kelas
f. Lemah dalam auditori memori
g. Lemah dalam tata bahasa, tanda-tanda baca, dan pengejaan kata
h. Kemungkinan besar tidak bisa belajar sesuatu kecuali yang sangat diminatinya
i. Sangat buruk dalam pekerjaan dengan waktu terbatas
j. Disorganized
k. Sangat pandai menolak alasan
l. Hiperaktif
m. Kadang-kadang seperti terlapisi kaca,dan
n. Tidak bisa mengingat tiga langkah instruksi.
Mengingat kecenderungan memiliki perilaku seperti ini, maka dengan menggunakan criteria diagnose DSM IV (pada pembahasan sub-pokok materi Autisme) mereka masuk pada kriteria anak-anak dengan gangguan tertentu.
2. Sulit Diidentifikasi
Melakukan identifikasi anak-anak dengan keistimewaan ganda ini memang tidak mudah, karena orang tua maupun guru sering memfokuskan pada kelemahan anak, dan sangat sedikit perhatian pada kelebihannya. Berdasarkan data hasil penelitian dengan pola skor Whechsler Intelligence Scale for Children-Revised (WISC-R), diantaranya:
a. Schiff, dkk (2001) melaporkan bahwa catatan tentang kesenjangan skor verbal-performance (V-P) dengan skor verbal lebih tinggi. Sciff ,dkk menyimpulkan dalam laporan penelitiannya kelompok anak yang mempunyai IQ superior/LD menampakkan kemampuan verbal di atas rata-rata mempunyai sejumlah kemampuan dan bakat kreatif, tetapi ada indikasi kelemahan pada aktifitas koordinasi motorik, perkembangan emosi dan kelemahan pada area tertentu.
b. Waldron (2002) menemukan bahwa kesenjangan yang signifikan antara skor verbal dan performance bukan merupakan indikasi yang baik pada anak yang kesulitan belajar. Menurut Waldron, anak-anak yang mempunyai IQ superior/LD cenderung tergantung pada kemampuan visual untuk mengingat kata dan menganalisa. Mereka juga mempunyai kelemahan dalam hal membadakan suara dan memiliki daya ingat yang pendek.
c. Vaidya (2003) menggunakan cara lain untuk mengidentifikasi, ia melakukan beberapa tes portofolio tes kreativitas, tes pengukuran IQ, serta tes prestasi belajar. Tes portofolio digunakan untuk mengetahui proses berpikir dan keunikan ide-ide. Tes kreatifitas digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir divergen. Tes pengukuran digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan anak dalam berpikir. Tes prestasi belajar dilakukan untuk mengetahui keberbakatan anak dalam subjek tertentu.
Sementara psikolog yang lain, menyarankan menggunakan Scales for Rating The Behavioral Characteristics of Superior Students (SRBCSS), untuk mengetahui skala tentang belajar, motivasi, kreativitas, kepemimpinan, music, drama, dan komunikasi. Dalam pengamatan itu ditemui bahwa anak-anak tersebut seringkali mempunyai minat yang tinggi terhadap satu atau berbagai hal di rumah. Mereka dapat membuat bangunan yang sangat fantastik dengan balok-balok. Kemampuan kreatif dan kekuatan intelektual yang mereka salurkan pada hobinya itu merupakan indikator keberbakatan mereka (Renzulli, 1979).
3. Program Bimbingan Belajar yang Tepat
Dalam merencanakan bimbingan bagi anak G/LD adalah penting memperhatikan perkembangan kemampuan yang menonjol, minat dan kapasitas intelektual mereka. Program bimbingan belajar yang disediakan untuk mereka haruslah difokusksan pada hal-hal yang menjadi kelemahan mereka. Untuk memahami kelemahan dan kelebihannya, lalu diarahkan untuk menyadari cara yang tepat untuk mengurangi kesulitannya dalam belajar, dan sebaliknya memupuk keberbakatannya. Para guru dan orang tua harus membantu anak-anak ini untuk membentuk konsep diri yang realistis, dimana mereka dapat menerima segala kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Anak dengan keistimewaan ganda ini membutuhkan kurikulum yang tepat, yang memperhatikan kebutuhan-kebutuhan mereka akan pendidikan khusus bagi kedua keistimewaan tersebut. Kebutuhan ini berhubungan dengan kebterbakatannya dan kelemahan yang spesifik ( Whitemore, 2001).
  Bagaimana Orangtua Seharusnya?
Marker dan Udall (2001) memberikan beberapa alternatif yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk membantu anaknya yang G/LD, antara lain:
a. Orangtua harus jadi pendorong atau pendukung yang efektif bagi anaknya dengan cara belajar sebanyak mungkin tentang G/LD.
b. Carilah orangtua yang juga memiliki G/LD agar bisa berbagi pengalaman.
c. Kunjungan lembaga terdekat yang memiliki program pendidikan khusus anak gifted dengan learned disabled dan mintalah bantuan.
d. Carilah pembimbing yang cocok dengan anak .
e. Orangtua sebaiknya terlibat proaktif selama proses terapi.
f. Orangtua dapat meningkatkan pemahaman, apabila anak terlihat prustasi atau marah terhadap dirinya sendiri karena ada hal-hal yang kontradiksi dalam dirinya.
g. Terimalah kelebihan dan kelemahan anak.
h. Menciptakan lingkungan yang stimulatif (suasana hangat, penuh kasih sayang, lakukan komunikasi diskusi dengan topik yang menarik bagi anak dan sediakan permainan edukatif).
i. Melibatkan anak dalam berdiskusi mengenai pemilihan program pendidikan khusus baginya.

C. LAYANAN BIMBINGAN PADA ANAK KESULITAN BELAJAR AKIBAT HAMBATAN MINIMAL PADA SENSORI DAN MOTORIK.
1. Pengertian Kesulitan Belajar dan Penyebabnya.
“Kesulitan belajar” adalah suatu istilah umum yang berkenaan dengan gangguan pada kelompok heterogen yang benar-benar mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan kemampuan pendengaran, bicara, membaca, menulis, berfikir atau matematika. Penyebabnya bersifat intrinsik dan diperkirakan karena disfungsi system syaraf pusat pada masa prenatal, perinatal, dan selama usia satu tahun pertama.
2. Deskripsi anak kesulitan belajar akibat hambatan minimal pada sensori dan motorik.
a. Hambatan minimal pada fungsi gerakan (motorik)
Anak-anak yang mengalami hambatan ini biasanya mengalami kesulitan dalam mengontrol gerakan dengan sempurna. Mereka itu walaupun dapat berjalan, berlari, meloncat, dan melakuaka keteampilan motorik lainnya tetapi gerakan-gerakannya kurang terampil dibandingkan anak lain yang seusia. Justru disinilah dapat dilihat bila seorang anak mengalami disfungsi minimal pada gerakan halus, maka ia menjadi kurang terampil menggerakan tangan dan jari-jarinya, misalnya ketika mengancingkan baju, menalikan sepatu, menggunting, menggambar, dan menulis.

b. Hambatan minimal pada fungsi pengindraan (sensori)
Pengindraan (sensori) adalah suatu kemampuan untuk merasakan, mendengar dan melihat. Seorang anak yang mengalami hambatan minimal pada fungsi pengindraan (penglihatan) akan mengalami kesulitan untuk membedakan satu objek dari lainnya, misal : bentuk bulat dan oval.
Anak-anak yang mengalami kesulitan membaca atau dikte yang bukan disebabkan karena ia tidak mampu mendengar, melainkan karena mengalami disfungsi minimal pada fungsi pengindraan (pendengaran). Mereka ini biasanya mengalami kesulitan untuk mengenal, membedakan atau memisahkan bunyi pada kata-kata atau banyaknya bunyi dalam suatu kata, misalnya : membedakan bunyi “b” dan “p”, “d” dan “g”, “m” dan “n”, dan sebaliknya.
c. Intelegensi
Tes intelegensi digunakan untuk melihat skor akhir dari beberapa kemampuan seperti : berpikir analitis dan logis, konsentrasi, imitasi, pemahaman bahasa, ekspresi bahasa dan berbagai macam kualitas memori, seperti memori pendengaran dan penglihatan. Tetapi hambatan minimal pada salah satu fungsi itu bagaimanapun juga dapat mempengaruhi seluruh kualitas kemampuan, jika tidak memperoleh penanganan seawal mungkin
3. Layanan Bimbingan
a. Layanan bimbingan pada anak-anak yang mengalami kesulitan menulis akibat dari hambatan motorik.
Kita tidak bisa mengajarkan pada anak-anak ini langsung mengarah kepada bagaimana menulis huruf, kata dan kalimat yang benar. Pendekatan yang lebih luwes dan akurat sebaiknya dimulai dengan mempersiapkan layanan bimbingan kemampuan dasar yang diperlukan untuk belajar menulis, yaitu layanan bimbingan keterampilan tangan dan intelektual.
a) Layanan bimbingan keterampilan tangan sebagai berikut :
1) Gerakan pergelangan tangan harus luwes,
2) Jari-jari menulis harus dapat memegang pensil dengan benar,
3) Gerakan mencoret harus dapat membuat suatu bentuk dalam suatu bidang,
4) Anak harus dapat menggambar sendiri suatu bentuk
b) Layanan bimbingan kemampuan intelektual
1) Anak memerlukan kemampuan berpikir logis,
2) Anak memerlukan pembendaharaan kata yang banyak,
3) Anak harus dapat mengenal symbol-simbol huruf dan lafalnya yang sesuai,
4) Anak harus dapat menganalisa lafal huruf dalam suatu kata, dan menyatukan lagi dengan benar lafal-lafal huruf tadi menjadi kata.
b. Layanan bimbingan pada anak-anak yang mengalami kesulitan membaca akibat hambatan minimal pengindraan (penglihatan atau pendengaran)
Tahap permulaan yang perlu diajarkan pada anak-anak ini adalah :
a) Kemampuan membedakan macam-macam bunyi denagn menggunakan silinder kayu.
b) Kepekaan membedakan macam-macam bunyi irama
c) Kepekaan terhadap bunyi-bunyi pada gerakan
d) Ketajaman pengamatan dalam membedakan berbagai ukuran
e) Kemampuan membedakan ukuran pada bentuk berdimensi tiga.
f) Kemampuan membedakan macam-macam bentuk geometri bidang datar
g) Kemampuan membedakan bentuk fdari huruf-huruf alphabet
Jika anak sudah menguasai tahapan tersebut diatas, maka dapat dilanjutkan dengan pelajaran tahap berikut :
a) Diawali dengan membaca kata yang tidak mengandung sisipan dan akhiran.
b) Membaca kata atau kalimat yang mengandung sisipan dan akhiran.
c) Membaca definisi suatu benda dengan menggunakan kartu bergambar dan kartu kata.
d) Menganalisis kalimat untuk mencapai pengertian membaca total.

D. PENGENALAN AUTISME DAN LAYANAN PENDIDIDKANNYA
1. Apa yang dimaksud autisme itu?
Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Istilah autisme baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner. Sejak sekitar tahun 1977 masalah autis mulai dikenal oleh sebagian masyarakat Indonesia. Ini terlihat dengan banyak beredarnya mengenai informasi autism, dibukanya pusat-pusat terapi, terbentuknnya yayasan-yayasan yang peduli dan menangani individu autis, sampa seminar-seminar nasional yang membicarakan masalah ini dengan pakar-pakar dari dalam dan luar negeri.
Dengan tetap memperhatikan aspek “individual differences” dimana setiao anak dianggap sebagai individu yang unik dan spesifik, maka seharusnya semua individu autis diberikan kesempatan seawall mungkin untuk mencoba belajar disekolah umum. Apalagi UUD 1945 pasal 31 mengatakan bahwa “ setiap warga Negara berhak mendapat pengajaran” dan The Sallamanca Statement pada tahun 1994 (UNESCO) tentang pendidikan inklusif, dinyatakan bahwa setiap anak termasuk yang memerlukan pendidikan khusus sementara dan permanen mempunyai hak untuk mengikuti proses belajar di sekolah umum. Fakta yang diperoleh dilapangan menunjukan kesenjangan antara apa yang dibutuhkan individu autis dan apa yang disediakan oleh guru, artinya proses pembelajarannya masih belum sesuai dengan kebutuhan siswa autis.
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi interaksi sosial, kognisi, dan aktiviatas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia tiga tahun. Bahkan pada autisme infatil gejala sudah ada sejak lahir. Seseorang baru dapat dikatakan termasuk kategori autisme, bila ia memiliki hambatan perkembangan dalam tiga aspek, yakni kualitas kemampuan interaksi social dan emosional, kualitas yang kurang dalam kemempuan komunikasi timbale balik, minat yang terbatas disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan. Autisme sesungguhnya adalah sekumpulan gejala klinis yang dilator belakangi berbagai factor yang sangat bervarisasi, berkaitan satu sama lain dan unik karena tidak sama untuk masing-masing kasus.
Mengingat tidak ada dua individu autis yang sama persis, bahkan yang kembar sekalipun. Itu sebabnya sangat ditekankan agar orang tua dan guru tidak memberikan layanan pendidikan yang seragam atau klasikal bagi sekelompok anak. Adapun karakteristik yang tampak pada perilaku anak autis adalah :
a. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara kemudian sirna
b. Anak tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang lain kadang-kadang anakberperilaku yang menyakiti diri sendiri
c. Anak tidak mempunyai empati
d. Pemahaman aanaka sangat kurang, sehingga apa yang ia baca sukar dipahami.
e. Kadangkala anak mempunyai daya ingat yang sangat kuat.
f. Dalam belajar mereka lebih mudah memahami lewat gambar-gambar
g. Anak belum dapat bersosialisasi dengan teman sekelasnya.
h. Kesulitan mengekspresikan perasaannya
i. Memperlihatkan periaku stimulasi diri
2. Gambaran yang khas dari anak autis
Anak atau individu auitis mempunyai gambaran unik, karakteristik unika anak auitis tersebut meliputi kecenderungan :
a. Selektif berlebihan terhadaap rangsangan
b. Kurangnya motivasi
c. Respon stimulatori diri
d. Respon unik terhadap imbalan (reinforcement) dan konsekuensi lainnya.
3. Gambaran perilaku autistic
Perilaku adalah segala sesuatu yang orang kerjakan atau katakan, jadi perilaku adalah apa saja yang dapat kita lihat, rasakan, atau dengar ketika seseorang melakukan kegiatan tertentu dan juga apa yang kita sendiri katakana dan kerjakan. Banyak perilaku autistic yang berbeda daripada perilaku normal perbedaannya yaitu adanya perilaku yang berlebihan dan atau adanya perilaku yang berkekurangan yang mungkin samapai pada tingkat yang hamper tidak ada.
Behavioral excesse (perilaku yang berlebihan) misalnya mengamuk dan perilaku stimulasi diri. Jika intensitas dan frekuensi perilaku yang berlebihan itu muncul, maka perilaku-prilaku tersebut merupakan masalah di rumah, dan mengganggu ketika orangtua membawa anak ke tempat-tempat umum. Behavioral deficit (perilaku yang berkekurangan)memiliki gambaran sebagai berikut :
a. Cirri umum mereka adalah gangguan bicara.
b. Anak mungkin kurang sesuai perilaku sosialnya.
c. Anak mungkin menunjukkan deficit sensasi (indera) yang nyata sehingga kadang disangka tuli.
d. Anak sering tidak bermain dengan benar.
e. Anak sering menunjukkan emosi yang tidak sesuai.
4. Mengenali hambatan pada autisme
Melakukan diagnosis gangguan autisme tidak memerlukan pemeriksaan yang canggih seperti brain-mapping, CT-Scan, MRI. Pemeriksaan-pemerikasaan tersebut hanya dilakukan bila ada indikasi, misalnya anak itu kejam, maka EEG atau brain mapping dilakukan untuk melihat apakah ada epilepsy.
 Kriteria DSM IV untuk autisme masa kanak
1) Gangguan kualitatif dalam interaksi social yang timbal balik :
(a) Tak mampu menjalin interaksi social yang cukup memadai
(b) Tak bisa bemain dengan teman sebaya
(c) Tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.
(d) Kurangnya hubungan social dan emosional yang timbal balik.
2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi
(a) Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tidak berkembang
(b) Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi
(c) Sering menggunakan bahasa aneh yang diulang-ulang
(d) Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang meniru.
3) Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat dan kegiatan.
(a) Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan
(b) Terpaku pada sutu kegiatan yang ritualistic dan rutinitas yang tak ada gunanya
(c) Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang
(d) Sering kali sangat terpukau pada bagian – bagian benda
Sebelum umur tiga tahun tampak adanyaa keterlambatan atau gangguan dalam bidang interaksi social, bicara dan berbahasa, dan cara bermain yang kurang variatif.
Bukan disebabkan oleh sindroma rett atau gangguan disintegrative masa kanak. Dengan mempelajari criteria diagnostic dari DSM IV para orangtua pun sudah bisa mendiagnosis anaknya sendiri apakah termasuk kategori autis atau bukan.
Meskipun kriteria diagnosis telah dijabarkan dengan jelas dalam ICD/10 maupun DSM IV, namun kesalahan diagnosis masih sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh karena seringnya terdapat gangguan atau penyakit lain yang menyertai gangguan autisme ini.
5. Jalur Pendidkan Umum atau Reguler (mainstream)
Maksud kata mainstream berarti melibatkan seorang anak dengan kebutuhan khusus kedalam kelas-kelas umum. Penanganan anak sungguh-sungguh dilakukan dengan memperhatikan pada kebutuhan khusus yang ada pada anak. Tujuan orangtua memasukkan anak ke jalur pendidikan regular bisa untuk “academic mainstream”(agar anak sepenuhnya bisa mengikuti kegiatan akademis) atau social mainstream (agar anak dapat mengikti kegiatan sosialisasi bersama teman sebayanya)”.
a. Masalah anak autis di sekolah
1) Perilaku
Adanya perilaku stereotif/khas pada anak autis sering kali membuat para guru dan anak lain di kelas bingung. Perilaku tersebut sangat tidak wajar dan cenderung mengalihkan perhatian. Selain masalah perilaku yang lebih berupa dorongan dari perkembangan neurobiologist, sering masalah perilaku merupakan manivestasi dari frustasi anak atau reaksi anak terhadap stimulasi lingkungan yang tidak dapt mereka prediksi.
2) Pemahaman
Gangguan proses informasi dan koneksi, mau tidak mau sering kali menghambat anak autis mengikuti pelajaran di sekolah umum. Mereka lebih berespon terhadap stimulus visual, sehingga intruksi dan uraian verbal akan sulit mereka pahami.
3) Komunikasi
Salah satu kesulitan anak autis adalah dalam hal komunikasi, dimana mereka sulit berekspresi diri. Sebagian besar dari mereka, meskipun dapat berbicara, menggunakan kalimat pendek dengan kosakata yang sederhana.
4) Interaksi
Anak autis juga bermaslah [ada perkembangan keterampilan sosialnya, tidak mampu memahami aturan-aturan dalam pergaulan, sehingga biasanya tidak memiliki banyak teman. Minat mereka yang terbatas pada orang lain disekitarnya, sedikit banyak membuat mereka lebih senang menyendiri atau sanaga pemilih dalam bergaul, mereka hanya memiliki 1-2 teman yang dapat memberikan rasa aman kepada mereka, dan pada umumnya memiliki kesulitan beradaptasi dalam berbagai kelompok yang dibentuk secara acak atauu mendadak.





b. Alternatif layanan bimbingan
Dalam upaya memahami dan mengatasi masalah-masalah anak-anak autis di sekolah, tidak mungkin melihat permasalahan secara terpisah dan terkotak-kotak. Setiap aspek saling berkaitan, dan biasanya sasling tumpang tindih menjadi sebab dan atau akibat.
Layanan bimbingan bagi anak autis, idealnya diberikan dalam bentuk sekelompok penanganan untuk membantu mereka mengatasi kebutuhan khususnya. Di Amerika Serikat, banyak bentuk-bentuk pendidikan tersedia, antara lain (Siegel:1996):
1) Individual Therapy
2) Designeted Autistic Classes
3) Ability Group Classes
4) Social Skills Development and Mixed Disability Classes.














BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
  Menurut teori dan hasil-hasil penelitian, intelegensi dapat dikembangkan dengan memperhatikan lingkungan dan memberikan perangsangan bagi anak. Lebih jauh lagi, terdapat kemungkinan untuk mendorong keluarnya keberbakatan dan kreativitas yang bukan saja diperlukan dalam satu atau dua bidang kehidupan, tetapi di semua bidang kehidupan di masa yang akan datang dalam era keterbukaan.
  Anak-anak berkemampuan tinggi, tetapi mengalami hambatan dalam belajar meskipun jumlah mereka tidak banyak, namun perlu dicermati. Sesungguhnya mereka adalah aset yang berharga. Kendala yang nampak untuk membantu mereka adalah kesulitan dalam mengidentifikasi mereka. Seringkali potensi tinggi mereka tertutupi oleh kekurangannya. Bahkan ada sebagian dari mereka tidak pernah dikenal sebagai siswa yang berbakat, tetapi lebih dikenal sebagai anak yang bermasalah.
  Kesulitan belajar akibat hambatan minimal pada penginderaan dan motorik. Kesulitan belajar yang banyak dialami oleh siswa Sekolah Dasar ini disebabkan oleh factor internal pada diri anak yang tentu saja berimplikasi pada kesulitan belajar membaca, menulis dan berhitung. Sehingga dalam masalah memecahkan permasalahan belajar anak seperti ini, kita harus mulai dari kondisi internal anak seperti persepsi penglihatan, pendengaran, taktile, dan motorik kinestetik, yang merupakan akar dan dasar dari munculnya kesulitan tersebut, bukan diawali dari produk belajarnya yang berupa kesulitan akademis (membaca, menulis dan menghitung).
  Autisme sesungguhnya adalah sekumpulan gejala klinis yang dilator belakangi berbagai factor yang sangat bervarisasi, berkaitan satu sama lain dan unik karena tidak sama untuk masing-masing kasus.
Mengingat tidak ada dua individu autis yang sama persis, bahkan yang kembar sekalipun. Itu sebabnya sangat ditekankan agar orang tua dan guru tidak memberikan layanan pendidikan yang seragam atau klasikal bagi sekelompok anak.
B. REKOMENDASI
 Mengingat sangat pentingnya memahami karakteristik setiap anak ( siswa), baik guru maupun calon guru diharapkan dapat cermat dalam mengidentifikasikan setiap individu. Sehingga hak atau layanan pendidikan anak tersebut dapat terpenuhi, setting pembelajaran dapat sesuai dengan kebutuhan juga potensinya dapat diarahkan lebih dalam agar dapat dikembangkan dan dimanfaatkan didalam realita kehidupan untuk kebaikan umat dan bangsa.
 Tujuan akhirnya ialah, dalam dunia pendidikan kelak, guru dapat memberikan layanan pendidikan yang terbaik untuk siswa baik siswa yang normal maupun siswa yang berkebutuhan khusus.karena saat ini pendidikan inklusi sudah menjadi inovasi dalam dunia pendidikan dan tidak menutup kemungkinan akan menjadi sistem yang akan diaplikasikan (mengingat pendidikan inklusi memuat nilai humanisme yang sangat tinggi.)


















DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, dkk. 2006.Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : UPI Press.
Renzulli,J. 1986. The Ring Conception of Giftedness : A Developmental model for creative productivity. In R.J.Sternburg& J.E. Davidson 9Eds), Conceptions of Giftedness (pp53P92).New York: Cambridge Univeersity Press.
Siegel,B. 1996.The World of The Autistic Child. New York : Oxford University Press.
Silverman,LK,1993. Counseling the Gifted and Talented. Denver, Colorado : Love Publishing.