LuPpH so MucH

Religious Myspace Comments
                                                 My DaY

Tak Tik Tok

Glitter Graphics Myspace Comments

Lalalalalalalala

Lalalalalalalala
Adventure

Bismillahirrohmanirrohiim.....

Ingin ku raih ridho-Nya..

Apapun yang ku lakukan aku ingin selalu ada ridho_Nya..

Blog ini Hanya karena-Nya..

Dan semoga bermanfaat untuk makhluk ciptaan-Nya.Amiin!!


myspace icons

Rabu, 10 Maret 2010

4 Pendekatan untuk Pengelolaan Kelas

Pendekatan Pengelolaan Kelas

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Pengelolaan Kelas

Dosen : Dra.Hj.Hodidjah,M.Pd

Disusun Oleh :
Meli Amalia 0702949
Neti Avita Nur Eka Yanti 0703128
Pipit Pitriyatul Ahiba 0703176
Denirin Yudantara 0703330

Interes Bahasa Inggris/Smt 6
SI PGSD
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
2010


PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS

Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179).
  Dalam pembelajaran,terdapat juga pendekatan pengelolaan kelas. Pendekatan ini ada keterkaitannya dengan pendekatan pembelajaran,proses pembelajaran ini berlangsung dalam situasi dan kondisi kelas, Pengelolaan kelas ada yang bersifat perorangan ada juga yang bersifat kelompok.
  Dibawah ini ada berbagai macam pendekatan pengelolaan kelas,diantaranya:
1. Pendekatan Otoriter (kekuasaan)
  Pendekatan otoriter adalah pendekatan pengelolaan kelas yang memendang bahwa menejerial kelas sebagai suatu pendekatan pengendalian perilaku siswa oleh guru secara manusiawi.
  Echo 2008 mengemukakan pendekatan otoriter merupakan seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas.
  Dalam hal ini guru berperan untuk menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian,tujuannya untuk mengendalikan perilaku siswa.
  Terdapat lima strategi dalam pendekatan otoriter yaitu :

a. Menetapakn dan menegakan peraturan
Guru menggariskan pembatasan-pembatasan dengan memberitahukan pada siswa hah-hal apa saja yang diharapkan dan alasan-alasan apa saja yang diperlukan.

b. Memberikan perintah,pengarahan dan pesan
Perintah,pengarahan dan pesan yang disampaikan dengan jelas merupakan suatu cara yang sesuai dalam mengendalikan perilaku siswa.

c. Menggunakan teguran ramah
Teguran ramah adalah strategi yang efektif untuk mengembalikan peserta didik dari perilaku menyimpang yang ringan,kepada perilaku yang diharafkan,teguran ramah dapat dilakukan baik secara verbal maupun non-verbal.

d. Menggunakan penendalian dan mendekati
e. Menggunakan pemisahan dan pengucilan
Strategi yang diterapkan oleh guru untuk mengatasi siswa yang memiliki jenis penyimpangan cukup berat. Strategi ini dianggap sebagai sesuatu yang bersifat menghukum.
2. Pendekatan Intimidasi (ancaman)
Pendekatan intimidasi memandang bahwa pengelolaaan kelas adalah proses pengendalian perilaku siswa,menekankan perilaku guru yang mengintimidasi. Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
 Peran guru adalah memaksa siswa berperilaku sesuai perintah guru. Bentuk intimidasi, seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan,paksaan, ancaman dan menyalahkan.
Contoh strategi pendekatan intimidasi dengan cara teguran keras, guru memergoki dua orang siswa berkelahi,kemudian guru berteriak “berhenti” dengan harapan siswa akan berhenti berkelahi dikala mendengar suara guru tersebut.
 Kelebihan dan kelemahan pendekatan intimidasi :
kelebihan kelemahan
 Menghentikan perbuatan yang sudah berat dengan segera
 Cocok digunakan pada situasi dan kondisi kelas  Siswa takut bertemu dengan guru,
 Bersifat pemecahan masalah sementara,
 Tumbuhnya sikap bermusuhan antara siswa dan guru
 Guru tampak kurang berwibawa

3. Pendekatan Permisif (kebebasan)
  Pendekatan permisif dalam pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan pada siswa untuk melakukan berbagai aktifitas sesuai dengan yang mereka inginkan. Dalam pendekatan ini peran guru adalah meningkatkan kebebasan siswa, sebab akan membantu pertumbuhannya secara wajar. Campur tangan guru dilakukan seminimal mungkin dan berperan sebagai pendorong mengembangkan potensi siswa secara penuh. Yang paling utama dalam pendekatan ini adalah apa, kapan dan dimana guru hendaknya membiarkan siswa bertindak bebas sesuai dengan yang diinginkanya.
  Kelemahan pendekatan ini adalah kurang menyadari bahwa sekolah dan kelas merupakan sistem sosial yang memiliki pranata-pranata sosial. Dalam sistem sosial para anggota, dalam hal ini guru dan siswa diharapkan bertindak sesuai dengan hak dan kewajiban yang dapat diterima oleh semua pihak.
 Ada dua bentuk pendekatan dalam pelaksanaan pengelolaan kelas semacam ini yang menitik beratkan segala inisiatif dan kegiatan pada diri siswa. Yaitu :
a. Tindakan pendekatan pengalihan dan pemasabodohan merupakan tindakan yang bersifat permisif.
  Dari tindakan pendekatan ini muncul hal – hal yang kurang di sadari oleh siswa di antaranya :
• Meremehkan sesuatu kejadian, atau tidak melakukan apa-apa sama sekali.
  • Memberi peluang kemalasan dan menunda pekerjaan.
  • Menukar dan mengganti susuna kelompok tanpa melaui prosedur yang sebenarnya.
  • Menukar kegitana salah satu siswa, digantikan oleh siswa lain.
  • Mengalihkan tanggung jawab kelompok kepada satu orang anggota.
Melalui pendekatan ini pengajar memandang mudah dan tak banyak resiko, namun sebenarnya pengajar gegabah dalam mengambil cara pendekatan terlalu memandang mudah mengalihkan, menukar, mengganti suatu tugas atau tanggung jawab.
b. Pendekatan membiarkan dan memberi kebebasan.
Dalam pendekatan ini pengajar memandang siswa telah mampu melakukan sesuatu dengan prosedur yang benar. “ biarlah mereka bekerja sendiri dengan bebas”. Demikian pegangan pengajar dalam mengelola kelas. Lebih kurang menguntungkan lagi kalau selama proses belajar mengajar siswa bekerja sendiri, pengajar juga aktif mengerjakan tugasnya sendiri dan pada saat waktunya habis baru ditanyakan keadaan siswa. Percaya atau tidak hasil bekerja pembelajar tidak memadai dan kurang terarah. Akibat yang sering terjadi siswa merasa telah benar dengan tingkah laku dalam mengerjakan tugas, telah bertanggung jawab dalam kelompok atau kelas itu. Tapi ternyata setelah dibandingkan dengan kelompok lainnya kurang atau malah lebih rendah.
  Kedua pendekatan ini kurang menguntungkan tanpa control dan pengajar bersikap serta memandang ringan terhadap gejala-gejala yang muncul. Pendekatan ini tidak produktif diterapkan di lingkungan sekolah dan kelas. Guru disarankan agar memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatanya sendiri apabila hal itu berguna. Misalnya : siswa memperoleh kesempatan secara psikologis memikul resiko yang aman, mengembangkan kemampuan diri sendiri, tanggung jawab sendiri. Dan guru sebaiknya memberikan kebebasan kepada siswa dibarengi rasa tanggung jawab, tidak kebablasan.
4. Pendekatan Motivasi
Pendekatan motivasi yang dikemukakan oleh para pakar pengelolaan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Terry (1978) mengemukaan tiga pendekatan motivasi, yaitu :
a. Kesejawatan (Partnership), didasarkan atas asumsi bahwa warga belajar tidak menyukai kegiatan pembelajaran, tetapi ia akan melakukan kegiatan dengan baik apabila turut merasakan manfaat atau keberuntungan yang diberikan oleh penyelenggara program atau tutor. Bertitik tolak dari asumsi tersebut maka motivasi akan efektif apabila terwujud situasi yang akrab, bersahabat dan penuh pertimbangan yang ditumbuhkan oleh penyelenggara program atau tutor terhadap keunikan perorangan warga belajar.
b. Produktivitas (Productivity),lebih menekankan pada pemberian ganjaran berdasarkan tingkat produktivitas. Penampilan atau prestasi belajar warga belajar yang baik diberi imbalan ( kompensasi) khusus. Pemikiran dasar yang melandasi pendekatan ini adalah bahwa seseorang yang menampilkan sesuatu kegiatan dan kemudian diberi imbalan, maka orang itu cenderung untuk melakukan kembali kegiatan tersebut. Namun dalam pelaksanaannya sangat diperlukan pengontrolan agar substansi dari pemberian imbalan tidak disalahpersepsikan oleh warga belajar.
c. Kepuasan Keinginan ( want-satisfaction),upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar warga belajar dan memenuhi kebutuhannya melalui proses atau kegiatan pembelajaran. Kepedulian dalam pendekatan ini tidak hanya kebutuhan semata-mata melainkan pada kepuasan yang dicapai. Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia senantiasa dihadapkan pada kebutuhan.
Metode motivasi adalah cara yang dilakukan oleh motivator dalam menggerakkan atau mendorong orang lain dalam melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan. Cara penyelenggara program pembelajaran dalam mendorong warga belajar agar aktif dan berperan serta mengikuti proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
a. Kunjungan Rumah ( Home Visit)
Para penyelenggara program pembelajaran melakukan home visit untuk mencari tahu kebutuhan belajar permasalahan-permasalahan yang riil yang dialami warga belajar, terutama yang berkaitan dengan persoalan yang melingkupi kehidupan di rumah,yang dapat mengganggu proses pembelajaran warga belajar.
b. Diskusi Kelompok ( Group Discussion)
Diskusi kelompok sesame warga belajar yang dipandu oleh tutor untuk membicarakan kebutuhan belajar dan permasalahan-permasalahan penting dalam upaya mencari pemecahannya.
  Dalam pelaksanaan pembelajaran ,terdapat beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi belajar, yaitu memberi angka, hadiah, kompetisi, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman,dan tujuan yang diakui.
Untuk memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas hendaknya guru bersikap seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (2006 : 185) yaitu (1) Hangat dan antusias, guru yang hangat dan akrab pada murid akan menunjukkan antusias pada tugasnya, (2) Menggunakan kata – kata, tindakan, cara kerja dan bahan – bahan yang menantang akan meningkatkan kegairahan murid untuk belajar, (3) Bervariasi dalam penggunaan alat atau media pola interaksi antara guru dan murid, (4) Guru luwes untuk mengubah strategi mengajarnya, (5) Guru harus menekankan pada hal – hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal – hal yang negatif dan (6) Guru harus disiplin dalam segala hal.














DAFTAR PUSTAKA

Abdul,Haling,dkk,2007.Belajar dan Pembelajaran.Makassar: Badan Penerbit UNM
http://sekolah-dasar.blogspot.com/2009/02/pendekatan-dalam-pengelolaan-kelas.html
http://jcruyf77.wordpress.com/2009/12/11/contoh-artikel-pengelolaan-kelas/
http://fahlefi.ucoz.com/news/pendekatan_dalam_pengelolaan_kelas/2009-11-13-2
http:/ekom02.wordpress.com/2008/12/13/pengelolaankelas/
Sudjana.1992.Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Biasa.Bandung: Nusantara Press
Sudjana.2005.Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Biasa.Bandung: Falah Production
TIM DOSEN PK.2010.PENGELOLAAN KELAS.UPI Press : Tasikmalaya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar