LuPpH so MucH

Religious Myspace Comments
                                                 My DaY

Tak Tik Tok

Glitter Graphics Myspace Comments

Lalalalalalalala

Lalalalalalalala
Adventure

Bismillahirrohmanirrohiim.....

Ingin ku raih ridho-Nya..

Apapun yang ku lakukan aku ingin selalu ada ridho_Nya..

Blog ini Hanya karena-Nya..

Dan semoga bermanfaat untuk makhluk ciptaan-Nya.Amiin!!


myspace icons
Tampilkan postingan dengan label My College. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label My College. Tampilkan semua postingan

Jumat, 11 Juni 2010

Lesson Plan "Reading For Elementary School"

(Individual Task)
Lecture : Desiani Natalina Muliasari, M.Pd
By
Neti Avita Nur Eka Yanti
0703128
English Interest

EDUCATION OF INDONESIA UNIVERSITY
KAMPUS TASIKMALAYA
2010


                                                         Lesson Plan
                                                         Subject : English
                                                         Grade : VI
                                                         Semester : II
                                                         Time : 2 X 35 Minute

A. Standard Of Competence
Understanding short functional text and descriptive picture very simple in student Context
B. Basic Competence
Understanding picture narrative text very easy
C. Indicator
1. Reading aloud text “On The Beach” with pronoun and intonation Correctly
2. Understanding content of picture narrative text with title “ On The Beach”
3. Introducing kind of command sentence.
4. Using command sentences
D. Purpose of teaching and learning
1. Student are able reading aloud text “ On The Beach” with pronoun and intonation correctly
2. Student understanding content of picture narrative text with the title “On The Beach”
 3. Student Using command sentences
E. Material
Command sentences
1. Stand up and say basmalah!
2. Shake hand and say greeting!
3. Close the door!
4. Put your book!


F. The Methode Teaching Learning
1. Retell
2. Simulation
G. Teaching and Learning Activities
1. Pre Activities
a. Greeting
b. Pray Together
c. Fills The Present
2. Beginning Activities
a. Review the last materials
b. Exploration knowledge about the material.
c. Informing purposes of teaching and learning.
3. Whilst Activities
a. The Student identificate the picture that the teacher as a guide
b. Teacher gives the materials to each student.
c. The students read the materials together.
d. The teacher repeats reading the materials with the right intonation and the students repeat again
e. The student rewrite command sentences in the text.
f. The teacher gives a some example command sentence,
g. The student says and simulation command sentence.
4. Closing Activities
a. The students and the teacher make a conclusion from the material
b. Close with greeting
H. Media
1. Picture (End Close)
2. Text (End Close)
I. Evaluation
1. Written test
2. Oral Test
1. Look The Picture!


2. Read The Text!
At The Beach
One day Amir and Aris went to Mutiara Beach. They played on the sea shore. Amir made a mount from sand and Aris found a shell fish.
When they saw to the sea, Aris asked to swim together. Actually the sky was cloudy.
Amir said : “Don’t swimming if the sky cloudy!”
Aris Said : “ Come on, Let’s swimming in there!”
 After five minutes, the rain came quickly, Amin and Aris sank in the sea and they asked someone to help them.
Finally, someone helped them and they did not it again.

Rabu, 10 Maret 2010

RPP PPP Bahasa Dan Sastra Indonesia

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Dalam pandangan Inkuiri
Untuk Memenhi Salah Satu Tugas Individu mata kuliah Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Dosen : Indah Nurmahanani,S.S






Disusun Oleh
Neti Avita Nur Eka Yanti
0703128

S1 – PGSD
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
2010
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Dalam Pandangan Inkuiri

Mata Pelajaran : Bahasa Dan Sastra Indonesia
Kelas / Semester : IV/ 1
Hari / Tanggal : Kamis/ 11 Maret 2010
Alokasi Waktu : 2x 35 menit

STANDAR KOMPETENSI :
 Mampu mengapresiasi ragam sastra anak melalui kegiatan menulis puisi bebas
KOMPETENSI DASAR :
 Siswa Mampu menulis puisi disertai gambar
I. Indikator
• Membuat Puisi sederhana disertai gambar
II. Tujuan Pembelajaran
• Siswa dapat mengenal tentang sastra sederhana,khususnya puisi
• Siswa dapat berimajinasi dan berekspresi dalam menggambar dan pembuatan puisi
• Siswa dapat menuangkan pemahamannya tentang lingkungan dalam puisi



III. Materi Pokok
 Puisi
su + sastra
su berarti indah atau baik
sastra berarti lukisan atau karangan
Susastra berarti karangan atau lukisan yang baik dan indah.
Kesusastraan berarti segala tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah.
Puisi, bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang singkat dan padat serta indah.
Puisi modern memiliki kebebasan imajinatif, hal ini baik untuk perkembangan siswa yang notabene senang dengan dunia imajinasi, keterkaitan imajinasi dengan lingkungan anak tepat dengan pandangan inkuiri yang menekankan padaberpikir kreatif.
Contoh Puisi disertai gambar :
(Cantumkan Gmabar Kucing)
  Kucingku
Aku mempunyai seekor kucing
Kuberi nama si poleng
Karena bulunya berwarna-warni
Putih dan hitam

Kini si poleng
Telah mempunyai anak dua ekor
Namanyta si manis dan si putih
Lucu sekali
(Natalisa Kristanti,Sinar Harapan Th XV 31 Maret 1976,hlm 6)

IV. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi
V. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
• Apersepsi, guru mencoba menggali pemahaman siswa mengenai puisi. Pertanyaan yang dapat diajukan misalnya sebagai berikut :
a. Adakah yang mengetahui siapa Acep Zam Zam Noor?
b. Apakah kalian menyukai puisi?
c. Bagaimana puisi itu?
• Selanjutnya guru mengarahkan jawaban siswa,kemudian menjelaskan sedikit mengenai ragam sastra anak khususnya mengenai penulisan puisi bebas.
2. Kegiatan Inti
• Guru menempelkan contoh gambar yang telah menjadi objek dalam penulisan puisi.Siswa diminta mengamati puisi yang telah disertai gambar tersebut.
• Guru mendemonstrasikan pembacaan puisi yang disertai gambar,
• Guru dan siswa mendiskusikan pengalaman apa yang paling disukai siswa, kemudian siswa diminta untuk menggambarkan apa yang disukai kemudian minta siswa menulis puisi.
• Siswa boleh melakukannya di luar lingkungan kelas,agar imajinatif dan kreatif.
3. Kegiatan Akhir
• Guru memberikan penjelasan dari materi yang telah disampaikan
• Agar lebih menyenangkan tukar hasil gambar dan penulisan puisi siswa dengan teman sebangkunya, lalu mintalah siswa untuk membacakannya.

VI. Sumber / Alat / Bahan
• Buku Paket SD/MI Kelas IV
• Contoh Gambar dan puisi yang sesuai gambar
• Sumber Lain yang relevan
VII. Penilaian
• Aspek yang dinilai :
1. Aspek Afektif (sikap)
Komponen yang dinilai meliputi keberanian, kejujuran,, keaktifan, kemampuan mengkomunikasikan pengalamannya. Penilaian dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung
2. Aspek Psikomotorik
Komponen yang dinilai meliputi keterampilan siswa dalam kesesuaian gambar dengan deskripsi puisi bebasnya.
3. Aspek Kognitif
Komponen yang dinilai meliputi kemampuan siswa saat diajukan pertanyaan yang dilontarkan kepadanya.
• Bentuk Penilaian
1. Tes tertulis berupa hasil penulisan puisi
2. Tes lisan berupa pertanyaan yang diajukan pada saat pembelajaran berlangsung.

Tasikmalaya,Maret 2010 

Mengetahui.



Guru Kelas






4 Pendekatan untuk Pengelolaan Kelas

Pendekatan Pengelolaan Kelas

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Pengelolaan Kelas

Dosen : Dra.Hj.Hodidjah,M.Pd

Disusun Oleh :
Meli Amalia 0702949
Neti Avita Nur Eka Yanti 0703128
Pipit Pitriyatul Ahiba 0703176
Denirin Yudantara 0703330

Interes Bahasa Inggris/Smt 6
SI PGSD
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
2010


PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS

Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179).
  Dalam pembelajaran,terdapat juga pendekatan pengelolaan kelas. Pendekatan ini ada keterkaitannya dengan pendekatan pembelajaran,proses pembelajaran ini berlangsung dalam situasi dan kondisi kelas, Pengelolaan kelas ada yang bersifat perorangan ada juga yang bersifat kelompok.
  Dibawah ini ada berbagai macam pendekatan pengelolaan kelas,diantaranya:
1. Pendekatan Otoriter (kekuasaan)
  Pendekatan otoriter adalah pendekatan pengelolaan kelas yang memendang bahwa menejerial kelas sebagai suatu pendekatan pengendalian perilaku siswa oleh guru secara manusiawi.
  Echo 2008 mengemukakan pendekatan otoriter merupakan seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas.
  Dalam hal ini guru berperan untuk menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian,tujuannya untuk mengendalikan perilaku siswa.
  Terdapat lima strategi dalam pendekatan otoriter yaitu :

a. Menetapakn dan menegakan peraturan
Guru menggariskan pembatasan-pembatasan dengan memberitahukan pada siswa hah-hal apa saja yang diharapkan dan alasan-alasan apa saja yang diperlukan.

b. Memberikan perintah,pengarahan dan pesan
Perintah,pengarahan dan pesan yang disampaikan dengan jelas merupakan suatu cara yang sesuai dalam mengendalikan perilaku siswa.

c. Menggunakan teguran ramah
Teguran ramah adalah strategi yang efektif untuk mengembalikan peserta didik dari perilaku menyimpang yang ringan,kepada perilaku yang diharafkan,teguran ramah dapat dilakukan baik secara verbal maupun non-verbal.

d. Menggunakan penendalian dan mendekati
e. Menggunakan pemisahan dan pengucilan
Strategi yang diterapkan oleh guru untuk mengatasi siswa yang memiliki jenis penyimpangan cukup berat. Strategi ini dianggap sebagai sesuatu yang bersifat menghukum.
2. Pendekatan Intimidasi (ancaman)
Pendekatan intimidasi memandang bahwa pengelolaaan kelas adalah proses pengendalian perilaku siswa,menekankan perilaku guru yang mengintimidasi. Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
 Peran guru adalah memaksa siswa berperilaku sesuai perintah guru. Bentuk intimidasi, seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan,paksaan, ancaman dan menyalahkan.
Contoh strategi pendekatan intimidasi dengan cara teguran keras, guru memergoki dua orang siswa berkelahi,kemudian guru berteriak “berhenti” dengan harapan siswa akan berhenti berkelahi dikala mendengar suara guru tersebut.
 Kelebihan dan kelemahan pendekatan intimidasi :
kelebihan kelemahan
 Menghentikan perbuatan yang sudah berat dengan segera
 Cocok digunakan pada situasi dan kondisi kelas  Siswa takut bertemu dengan guru,
 Bersifat pemecahan masalah sementara,
 Tumbuhnya sikap bermusuhan antara siswa dan guru
 Guru tampak kurang berwibawa

3. Pendekatan Permisif (kebebasan)
  Pendekatan permisif dalam pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan pada siswa untuk melakukan berbagai aktifitas sesuai dengan yang mereka inginkan. Dalam pendekatan ini peran guru adalah meningkatkan kebebasan siswa, sebab akan membantu pertumbuhannya secara wajar. Campur tangan guru dilakukan seminimal mungkin dan berperan sebagai pendorong mengembangkan potensi siswa secara penuh. Yang paling utama dalam pendekatan ini adalah apa, kapan dan dimana guru hendaknya membiarkan siswa bertindak bebas sesuai dengan yang diinginkanya.
  Kelemahan pendekatan ini adalah kurang menyadari bahwa sekolah dan kelas merupakan sistem sosial yang memiliki pranata-pranata sosial. Dalam sistem sosial para anggota, dalam hal ini guru dan siswa diharapkan bertindak sesuai dengan hak dan kewajiban yang dapat diterima oleh semua pihak.
 Ada dua bentuk pendekatan dalam pelaksanaan pengelolaan kelas semacam ini yang menitik beratkan segala inisiatif dan kegiatan pada diri siswa. Yaitu :
a. Tindakan pendekatan pengalihan dan pemasabodohan merupakan tindakan yang bersifat permisif.
  Dari tindakan pendekatan ini muncul hal – hal yang kurang di sadari oleh siswa di antaranya :
• Meremehkan sesuatu kejadian, atau tidak melakukan apa-apa sama sekali.
  • Memberi peluang kemalasan dan menunda pekerjaan.
  • Menukar dan mengganti susuna kelompok tanpa melaui prosedur yang sebenarnya.
  • Menukar kegitana salah satu siswa, digantikan oleh siswa lain.
  • Mengalihkan tanggung jawab kelompok kepada satu orang anggota.
Melalui pendekatan ini pengajar memandang mudah dan tak banyak resiko, namun sebenarnya pengajar gegabah dalam mengambil cara pendekatan terlalu memandang mudah mengalihkan, menukar, mengganti suatu tugas atau tanggung jawab.
b. Pendekatan membiarkan dan memberi kebebasan.
Dalam pendekatan ini pengajar memandang siswa telah mampu melakukan sesuatu dengan prosedur yang benar. “ biarlah mereka bekerja sendiri dengan bebas”. Demikian pegangan pengajar dalam mengelola kelas. Lebih kurang menguntungkan lagi kalau selama proses belajar mengajar siswa bekerja sendiri, pengajar juga aktif mengerjakan tugasnya sendiri dan pada saat waktunya habis baru ditanyakan keadaan siswa. Percaya atau tidak hasil bekerja pembelajar tidak memadai dan kurang terarah. Akibat yang sering terjadi siswa merasa telah benar dengan tingkah laku dalam mengerjakan tugas, telah bertanggung jawab dalam kelompok atau kelas itu. Tapi ternyata setelah dibandingkan dengan kelompok lainnya kurang atau malah lebih rendah.
  Kedua pendekatan ini kurang menguntungkan tanpa control dan pengajar bersikap serta memandang ringan terhadap gejala-gejala yang muncul. Pendekatan ini tidak produktif diterapkan di lingkungan sekolah dan kelas. Guru disarankan agar memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatanya sendiri apabila hal itu berguna. Misalnya : siswa memperoleh kesempatan secara psikologis memikul resiko yang aman, mengembangkan kemampuan diri sendiri, tanggung jawab sendiri. Dan guru sebaiknya memberikan kebebasan kepada siswa dibarengi rasa tanggung jawab, tidak kebablasan.
4. Pendekatan Motivasi
Pendekatan motivasi yang dikemukakan oleh para pakar pengelolaan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Terry (1978) mengemukaan tiga pendekatan motivasi, yaitu :
a. Kesejawatan (Partnership), didasarkan atas asumsi bahwa warga belajar tidak menyukai kegiatan pembelajaran, tetapi ia akan melakukan kegiatan dengan baik apabila turut merasakan manfaat atau keberuntungan yang diberikan oleh penyelenggara program atau tutor. Bertitik tolak dari asumsi tersebut maka motivasi akan efektif apabila terwujud situasi yang akrab, bersahabat dan penuh pertimbangan yang ditumbuhkan oleh penyelenggara program atau tutor terhadap keunikan perorangan warga belajar.
b. Produktivitas (Productivity),lebih menekankan pada pemberian ganjaran berdasarkan tingkat produktivitas. Penampilan atau prestasi belajar warga belajar yang baik diberi imbalan ( kompensasi) khusus. Pemikiran dasar yang melandasi pendekatan ini adalah bahwa seseorang yang menampilkan sesuatu kegiatan dan kemudian diberi imbalan, maka orang itu cenderung untuk melakukan kembali kegiatan tersebut. Namun dalam pelaksanaannya sangat diperlukan pengontrolan agar substansi dari pemberian imbalan tidak disalahpersepsikan oleh warga belajar.
c. Kepuasan Keinginan ( want-satisfaction),upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar warga belajar dan memenuhi kebutuhannya melalui proses atau kegiatan pembelajaran. Kepedulian dalam pendekatan ini tidak hanya kebutuhan semata-mata melainkan pada kepuasan yang dicapai. Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia senantiasa dihadapkan pada kebutuhan.
Metode motivasi adalah cara yang dilakukan oleh motivator dalam menggerakkan atau mendorong orang lain dalam melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan. Cara penyelenggara program pembelajaran dalam mendorong warga belajar agar aktif dan berperan serta mengikuti proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
a. Kunjungan Rumah ( Home Visit)
Para penyelenggara program pembelajaran melakukan home visit untuk mencari tahu kebutuhan belajar permasalahan-permasalahan yang riil yang dialami warga belajar, terutama yang berkaitan dengan persoalan yang melingkupi kehidupan di rumah,yang dapat mengganggu proses pembelajaran warga belajar.
b. Diskusi Kelompok ( Group Discussion)
Diskusi kelompok sesame warga belajar yang dipandu oleh tutor untuk membicarakan kebutuhan belajar dan permasalahan-permasalahan penting dalam upaya mencari pemecahannya.
  Dalam pelaksanaan pembelajaran ,terdapat beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi belajar, yaitu memberi angka, hadiah, kompetisi, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman,dan tujuan yang diakui.
Untuk memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas hendaknya guru bersikap seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (2006 : 185) yaitu (1) Hangat dan antusias, guru yang hangat dan akrab pada murid akan menunjukkan antusias pada tugasnya, (2) Menggunakan kata – kata, tindakan, cara kerja dan bahan – bahan yang menantang akan meningkatkan kegairahan murid untuk belajar, (3) Bervariasi dalam penggunaan alat atau media pola interaksi antara guru dan murid, (4) Guru luwes untuk mengubah strategi mengajarnya, (5) Guru harus menekankan pada hal – hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal – hal yang negatif dan (6) Guru harus disiplin dalam segala hal.














DAFTAR PUSTAKA

Abdul,Haling,dkk,2007.Belajar dan Pembelajaran.Makassar: Badan Penerbit UNM
http://sekolah-dasar.blogspot.com/2009/02/pendekatan-dalam-pengelolaan-kelas.html
http://jcruyf77.wordpress.com/2009/12/11/contoh-artikel-pengelolaan-kelas/
http://fahlefi.ucoz.com/news/pendekatan_dalam_pengelolaan_kelas/2009-11-13-2
http:/ekom02.wordpress.com/2008/12/13/pengelolaankelas/
Sudjana.1992.Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Biasa.Bandung: Nusantara Press
Sudjana.2005.Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Biasa.Bandung: Falah Production
TIM DOSEN PK.2010.PENGELOLAAN KELAS.UPI Press : Tasikmalaya



Kamis, 11 Februari 2010

Speaking For Elementary School

Lecturer : Drs. Dian Indihadi,M.Pd.
Written By
Neti Avita Nur Eka Yanti
0703128

English Interest


EDUCATION OF INDONESIA UNIVERSITY
TASIKMALAYA
2010


CONTENTS :

1. General Concept Speaking for The Elementary School
2 .Speaking Skill
3. Teori Pemerolehan Bahasa
4. Menerjemahkan Teori Goodman dalam Bahasa Daerah
5. Puzzle
6. Teka-teki silang Bahasa Inggris
7. Pembuatan Komik Fantasi
8. Media dan Alat Peraga
9. Contoh Media
10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

SKETSA Materi , 3 Februari 2010
General Concept
Speaking for The Elementary School

Elementary School mencakup SD (Sekolah Dasar), MI (Madrasah Ibtidaiyah),TPA (Taman Pendidikan Agama).
Kriteria yang melingkupi Elementary School ialah :
 (Old),Usianya 6-12 Thn
 (Place),Formal tempatnya
 (Mendidik), dalam hal mendidik ada suatu hasil yaitu bisa ketercapaian dan ketidaktercapaian. Mendidik terbagi lagi menjadi training (pelatihan) sasaran pelatihan ialah skill dalam bidang tertentu, kemudian ada studying ,focus produk studying adalah knowledge (pengetahuan),dan yang terakhir ialah learning,untuk learning cakupannya luas karena focus dari learning adalah perubahan perilaku (long life education).

Guna dari pendidikan adalah Normatif (Sesuai aturan atau kaidah), adaptif (Penggunaan diluar normative terlepas dari nilai positif dan negative), dan Produktif (menghasilkan,diluar adaptif terlepas dari nilai positif dan negatifnya).
Harapan dari pelaksanaan pendidikan adalah :
 How to Know (cara mengetahui)
 How to Understand (cara memahami)
 How to do (cara melakukan)
Speaking atau berbicara secara umum menurut saya adalah :
1. Aktivitas melisankan sesuatu hal kepada pendengar (listener),
2. Teknik menyampaikan informasi dalam bentuk suara atau bunyi,
3. Aktivitas berkomunikasi melalui lisan.

Speaking atau berbicara secara khusus (terkait pembelajaran di sekolah) menurut saya adalah:
“Suatu aktivitas melisankan sesuatu kepada pendengar untuk memproduksi bahasa bermakna sehingga dapat menunjang proses interaksi social dengan baik”


Sketsa Materi , 10 Februari 2010
Speaking Skill
Oleh : Neti Avney


Speaking atau berbicara adalah aktivitas melisankan sesuatu kepada pendengar,
• Berdasarkan teori saya diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Ada 3 hal yang akan saya uraikan dalam teori ini, yaitu aktivitas,lisan dan pendengar. Teori saya sebenarnya mengarah kepada perilaku komunikasi karena yang saya pahami hakikat berbicara adalah untuk berkomunikasi.
Aktivitas,adalah proses melakuklan sesuatu untuk mencapai tujuan. Pada umumnya aktivitas dilakukan pada waktu tertentu dan dengan pelaku tertentu.
Lisan,adalah bagian dari bahasa, karena bahasa secara umum mencakup bahasa lisan dan tulisan. Bahasa lisan adalah bunti yang dibedakan oleh artikulasi,intonasi,durasi dan jeda.
Pendengar(Listener),Perilaku mendengarkan (lebih fukus menyimak) pada suatu hal.
• Contoh : Ketika seseorang ingin mengkomunikasikan suatu pesan (dapat berupa ide,informasi,perasaan,keinginan dan kemauan) maka berbicarapun terjadi.
• Apabila contoh tersebut diterpkan didalam kelas,maka langkah-langkah yang harus diterapkan guru adalah:
1. Guru menyiapkan kondusifitas kelas (terlebih kesiapan listener)
2. Guru melisankan pesan yang akan disampaikan, Çontoh : “Mari menyimak sebuah dongeng!”
3. Guru Meminta seorang siswa melisankan dongeng tersebut, Contoh : “Coba Reza lisankan sebuah dongeng yang berjudul Timun Emas!”
4. Guru junga meminta siswa lain untuk berkonsentrasi untuk menyimak dongeng dengan baik, Contoh : “nah,anak-anak yang lain dengarkan Reza yah?”
Jadi guru memiliki peran sebagai pemandu atau fasilitator dalam kegiatan belajar “speaking” di kelas, dari mulai mengkondisikan diawal aktivitas sampai mengarahkan agar proses melisankan dongeng terlaksana dengan baik.

Sketsa Materi , 17 Februari 2010
Teori Pemerolehan Bahasa
Oleh : Neti Avney Dari
http://kajiansastra.blogspot.com/2009/05/aplikasi-teori-linguistik-terhadap.html
Perkembangan teori pemerolehan bahasa pada abad ini telah dipenaruhi oleh perkembangan psikologi Omega (dalam Yulianto, 2007: 10-11). Dalam psikologi terdapat dua aliran yang prinsip dasarnya bertentangan, yakni behaviorisme dan kognitivisme. Kedua aliran tersebut ikut mempengaruhi para ahli pembelajaran bahasa dalam memandang bagaimana seorang anak manusia belajar bahasa.
Tentang bagaimana manusia memperoleh atau belajar bahasa, Ellis (dalam Yulianto, 2007:10-11) mengungkapkan adanya tiga kelompok pandangan, iaitu (1) pandangan behaviorisme, (2) pandangan nativisme, dan (3) pandangan intraksionisme. Lebih jelasnya uraian ketiga pandangan tersebut dapat dilihat berikut ini.
1. Pandangan Behaviorisme
Menurut pandangan ini kegiatan berbahasa dipengaruhi oleh aliran psikologi behaviorisme yang merupakan rangkaian rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon). Menurut pandangan ini berbahasa dianggap sebagai bagian dari perilaku manusia, seperti perilaku yang lain. Oleh karena itu, pembelajaran harus dilakukan melalui rangsangan-rangsangan Brown (dalam Yulianto, 2007:11). Pebelajar dalam hal ini dianggap sebagai mesin yang memproduksi bahasa dengan lingkngan dianggap sebagai faktor penentunya, yakni sebagai rangsangan. Untuk itu, agar anak dapat mengucapkan kata-kata tertentu, kepadanya harus diberikan rangsangan berupa kata-kata. Menurut konsep ini anak tidak dapat mengucapkan kata-kata yang belum pernah didengarnya.
Baraja (1990:31) mengemukakan bahwa perilaku kebahasaan sama dengan perilaku yang lain, iaitu dikontrol oleh konsekuensinya. Apabila hasil suatu usaha menyenangkan, perilaku itu akan terus dikerjakan; dan sebaliknya, bila hasilnya tidak menguntungkan, perilaku tersebut akan ditinggalkan. Dengan kata lain, apabila ada restu reinforcement yang cocok, perilaku akan berubah. Inilah yang dikatakan belajar, sebab inti belajar adalah adanya perubahan perilaku.
Menurut Skinner, anak-anak mengakusisi bahasa melalui hubungan dengan lingkungan, dalam hal ini dengan cara meniru. Dalam hubungan dengan peniruan ini, faktor yang terpenting adalah frekuensi berulangnya suatu kata atau urutan kata. Ujaran-ujaran itu akan mendapat pengukuhan sehingga anak lebih berani menghasilkan kata dan urutan kata. Dengan cara ini lingkungan akan mendorong anak untuk menghasilkan tuturan yang gramatikal dan tidak memberi pengukuhan terhadap tuturan yang tidak gramatikal.
2. Pandangan Nativisme
Pandangan ini menekankan peranan aktif pembelajar. Peranan peniruan dan penguatan menjadi tidak berarti. Chomsky menyatakan bahwa pengetahuan seseorang tentang bahasa ibunya diturunkan dari universal grammar yang menentukan bentuk-bentuk dasar bahasa alamiah.
Universal Grammar telah ada pada setiap orang sebagai seperangkat prinsip linguistik bawaan yang terdiri atas keadaan awal yang berfungsi mengontrol bentuk kalimat suatu ujaran. Dengan demikian, universal grammar merupakan seperangkat prosedur penemuan untuk menghubungkan prinsip-prinsip umum itu pada data yang diberikan oleh pajanan bahasa alamiah.
Kaum mentalis berpendapat bahwa setiap anak yang lahir telah memiliki sejumlah kapasitas atau potensi bahasa. Potensi bahasa ini akan berkembang apabila saatnya tiba. (Brown, 1980: 21) beranggapan bahwa setiap anak yang lahir telah memiliki apa yang mereka sebut LAD (Language Acquisition Device). Kelengkapan bahasa ini berisi sejumlah hipotesis bawaan.
McNeill (Brown, 1980: 22) menyatakan bahwa LAD terdiri dari: (a) kecakapan untuk membedakan bunyi bahasa dengan bunyi-bunyi yang lain, (b) kecakapan mengorganisasi satuan linguistik ke dalam sejumlah kelas yang akan berkembang kemudian, (c) pengetahuan tetang sistem bahasa yang mungkin dan yang tidak mungkinn, dan (d) kecakapan menggunakan sistem bahasa yang didasarkan pada penilaian perkembangan sistem linguistik, dengan demikian dapat melahirkan sistem yang dirasakan mungkin di luar data linguistik yang ditemukan.
Senada dengan itu, Ellis (1986:44) menyimpulkan pandangan mentalis tentang pemerolehan B1 sebagai: (1) bahasa merupkan kemampuan khusus manusia; (2) keberadaannya tidak terikat oleh otak atau akal budi manusia, karena meskipun bahasa merupakan bagian alat-alat kognitif, bahasa terpisah dari mekanisme kognitif umum yang berkaitan dengan perkembangan intelektual; (3) faktor utama pemerolehan B1 adalah piranti pemerolehan bahasa (LAD) yang secara genetis memengaruhi dan menyumbangkan seperangkat prinsip tata bahasa pada anak; (4) LAD berhenti perkembangannya karena usia dan; (5) proses pemerolehan bahasa terdiri atas pengujian hipotesis dengan cara menghubungkan tata bahasa B1 pebelajar dengan univeral grammar.
Pandangan kaum mentalis tentang pemerolehan B2, karena seorang pebelajar menguasai pengetahuan bahasa ibunya dengan jalan menguji hipotesis yang dibuatnya. Tugasnya adalah menghubungkan pengetahuan bawaan tentang gramatika dasar dengan struktur lahir kalimat-kalimat bahasa yang dipelajarinya.
3. Pandangan Interaksionisme

Pandangan ini menganggap bahwa pemerolehan bahasa merupakan hasil interaksi antara kemampuan mental pebelajar dengan lingkungan bahasa (Ellis, 1986: 126). Interaksi antara keduanya adalah manifestasi dari interaksi verbal yang aktual antara pebelajar dengan orang lain.
Pendekatan interaksionisme oleh van Els (dalam Yulianto, 2007: 24) menyebut sebagai pendekatan prosedural, di mana dalam pendekatan ini interaksi antara faktor internal dengan faktor eksternal bersifat sentral. Titik awal pendekatan ini adalah kemampuan kognitif anak dalam menemukan sruktur bahasa di sekitarnya. Faktor interna, merupakan kemampuan mental anak sangat berpengaruh. Namun, faktor lingkungan juga berperanan menentukan macam pemerolehannya, terutama leksikon. Di samping itu, Yulianto (2001: 563) juga setuju kepada pandangan Dardjowidjojo (2000: 304) yang mengungkapkan bahwa faktor kodrati dan lingkungan berpengaruh dalam pemerolehan bahasa anak. Secara eksplisit pandangan ini sesuai dengan pandangan interaksionisme (Ellis, 1986:129).
Menurut pandangan interaksionisme, interaksi antara faktor internal dengan faktor eksternal bersifat sentral. Titik awal pendekatan ini adalah kemampuan kognitif anak dalam menemukan struktur bahasa di sekitarnya. Baik pemahaman maupun produksi bahasa pada anak-anak dipandang sebagai sistem prosedur penemuan yang secara terus-menerus berkembang dan berubah.


Sketsa Materi , 3 Maret 2010
Menerjemahkan Teori Goodman dalam Bahasa Daerah
Oleh : Neti Avney

Tiasa Gampil Tiasa Sesah
1. Nyata Sareng ilmiah
2. Sabungkeuleudan
3. Asup diakal
4. Dipikahayang
5. Salaras
6. Boga siswa
7. Bagean tina kanyataan hirup
8. Ngabogaaan nilai kamasyarakatan
9. Nagbogaan tujuan anu jentre
10. Murid milihpikeun ngagunakeunana
11. Bisa ditarima
12. Siswa boga kuasa pikeun ngagunakeunana
1. Dijieun rekayasa
2. Papisah-pisah
3. Teu asup diakal
4. Bosen jeung teu dipikahayang
5. Teu sapagodos
6. Milik batur
7. Kaluar tina eusi
8. Teu boga nilei kamasyarakatan
9. Teu boga tujuan anu jelas
10. Dipaksakeun ku batur
11. Teu bisa ditarima
12. Teu bisa walakaya barudak











Sketsa Materi , 24 Maret 2010 (Terlampir)
Puzzle
Oleh : Neti Avney

H I S T O R Y H E L M E T
U R G I L L O E X I T V H
R O U N D S U R E G H E R
R N A V Y L R U R H I N O
Y E V E N I R G C T S A W
H E A R P M U S I C I A N
E V E Y A R N I S A Y U B
A E R O P L A N E M E N U
V R A C E E R G R E A T S
Y S T A R T K I L L R A Y

Sketsa Materi , 31 Maret 2010
Teka-teki silang Bahasa Inggris

               T1 I M E2
               A         A
               K         T3 H E Y
D4 O5 N E
      L
      D6 O L L7
                  O
                  W8 H A9 T
                             N
                             T10 H I S


RIGHT :
1. What is measured in minute, hours or day?
3. The first Personal Noun from Them
4. Finish
6. Something that can be plays for the girls
8. One of Question Words
10. The synonym of That

DOWN:
1. Verb One from Took
2. Doing If you hungry
5. The Antonym of Young
7. The antonym of High
9. The little animal

Sketsa Materi , 14 April 2010
Pembuatan Komik Fantasi
Oleh : Neti Avney


Langkah-langkah pembuatan komik fantasy :
1. Berimajinasi untuk menentukan tokoh pada komik fantasi, upayakan berbeda dari tokoh-tokoh kartun yang telah ada,
2. Mengidentifikasi segala media penunjang pembuatan komik fantasy
3. Sediakan kertas ukuran A4 dan alat gambar.
4. Tentukan berapa tokoh yang akan terlibat dalam cerita.
5.Menemukan tema cerita komik fantasy
6. Membagi daerah kertas menjadi 6 bagian
7. Gambar komik fantasy dilengkapi dialog dalam balon kata.

 Penggunaan komik fantasy dalam konteks ini adalah sebagai media pembelajaran. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk penciptaan model interaksi atau kondisi belajar mengajar di kelas. Untuk itu ada sejumlah penggunaan untuk media ini:
a. Aktivitas Membaca
 Komik fantasy dapat digunakan untuk melatih siswa membaca dengan teknik yang inovatif (cendderung menyenangkan)
b. Aktivitas Menulis
 Komik fantasi dapat digunakan sebagai media untuk mengakrabkan siswa dengan tulisan (tata tulis) Bahasa Inggris.
c. Aktivitas Bahasa Lisan.
 Siswa dapat melafalkan dengan baik kalimat sederhana dalam bahasa inggris dan mengekspresikannya.
Contoh Komik Fantasy


Sketsa Materi , 5 Mei 2010
Media dan Alat Peraga
Oleh : Neti Avney


1. Media menurut Gagne (1970) adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak didik yang dapat memotivasi anak didik untuk belajar.
2. Media menurut Briggs (1970) adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang anak didik untuk belajar.
3. Media menurut Dhieni (2007) adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan (informasi) dari sumber anak didik yang bertujuan agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian anak didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

A. Kesamaan Teori tersebut adalah ;
1). Media yang dimaksud berorientasi untuk kegiatan belajar dan pembelajaran,
2). Media juga berfungsi untuk memotivasi dan merangsang anak didik dalam mengembangkan kemampuan belajarnya,
3). Media menyampaikan pesan.
B. Perbedaan Teori tersebut adalah ;
 1). Gagne membatasi media hanya pada lingkungan anak didik
 2). Briggs membatasi media adalah seluruh alat fisik
 3). Dhieni membatasi media adalah segala bentuk alat komunikasi.
B. Bertolak dari Teori tersebut maka Media adalah segala sesuatu yang dapat membantu melahirkan anak didik yang berkompetensi.

Contoh Media
Bahasa Inggris
1. Contoh media untuk pembelajaran Bahasa Inggris Lisan dan Tulisan di SD :
 a. Media Hand Puppet (Lisan)
 b. Media Flash Card (Tulisan)
2. Tuliskan media untuk mengajarkan keterampilan menyimak, berbicara, menulis dan membaca :
 a. Menyimak ( Story telling with Tape recorder/CD)
 b. Berbicara ( Dialogs with stick puppet)
 c. Menulis ( Audio visual)
 d. Membaca (Big books)

Sketsa Materi , 19 Mei 2010
RPP
Oleh : Neti Avney

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas/Semester : II/Ganjil
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
1. Standar Kompetensi
Memahami kalimat sederhana dalam konteks kelas
2. Kompetensi Dasar
Memahami kalimat dan pesan tertulis sangat sederhana
3. Indikator
a. Mengetahui nama-nama hari dalam Bahasa Inggris
b. Menyebutkan nama-nama hari dalam Bahasa Inggris


4. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa dapat menyebutkan nama-nama hari dalam Bahasa Inggris
b. Siswa dapat melafalkan dengan benar nama-nama hari dalam Bahasa Inggris
5. Materi
“The Days in English”
6. Metode
Total Physical Respons (TPR)
7. Langkah-langkah Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
1). Review materi sebelumnya,
2). Apersepsi mengenai materi “The Days in English”
3). Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
b. Kegiatan Inti
1). Siswa dibagi dalam 7 kelompok, sesuai jumlah hari.
2). Setiap kelompok diberikan kartu alphabet yang telah diacak
3). Siswa diinstruksikan untuk menyusun kata yang bermakna hari dalam Bahasa Inggris dengan bantuan kamus
4). Setiap kelompok diminta menyebutkan hasil temuan susunan kata
5). Setiap siswa diminta untuk mengucapkan nama-nama hari dalam Bahasa Inggris
c. Kegiatan Akhir
1). Siswa bersama guru menyimpulkan materi “The Days in English”
2). Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan materi tersebut.

8. Alat dan Bahan
a. Kamus
b. Kartu Alphabet
c. Buku sumber yang relevan
9. Evaluasi
a. Tes Lisan (Menilai ketika siswa melafalkan nama-nama hari dalam Bahasa Inggris)
b.Tes Tulis (Menilai ketika siswa mampu menuliskan dengan benar nama-nama hari dalam Bahasa Inggris.