LuPpH so MucH

Religious Myspace Comments
                                                 My DaY

Tak Tik Tok

Glitter Graphics Myspace Comments

Lalalalalalalala

Lalalalalalalala
Adventure

Bismillahirrohmanirrohiim.....

Ingin ku raih ridho-Nya..

Apapun yang ku lakukan aku ingin selalu ada ridho_Nya..

Blog ini Hanya karena-Nya..

Dan semoga bermanfaat untuk makhluk ciptaan-Nya.Amiin!!


myspace icons

Minggu, 29 November 2009

GLD dan Autis

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan mengalami kelainan (fisik, mental-intelektual, sosial, emosional) dalam proses perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Dengan demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan tertentu, tetapi kelainan tersebut tidak signifikan sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak dengan kebutuhan khusus. Ada bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan khusus, salah satunya yaitu kesulitan belajar atau Learning Disabilities (LD). Anak berkesulitan belajar (LD) adalah individu yang mengalami gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis dasar, disfungsi sistem syarat pusat, atau gangguan neurologis yang dimanifestasikan dalam kegagalan-kegagalan yang nyata dalam pemahaman dan penggunaan pendengaran, berbicara, membaca, mengeja, berpikir, menulis, berhitung, atau keterampilan sosial. Kesulitan tersebut bukan bersumber pada sebab-sebab keterbelakangan mental, gangguan emosi, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi, tetapi dapat muncul secara bersamaan.Kelompok anak LD dicirikan dengan adanya gangguan-gangguan tertentu yang menyertainya. Gangguan-gangguan tersebut adalah gangguan latar-figur, visual-motor, visual-perseptual, pendengaran, intersensori, berpikir konseptual dan abstrak, bahasa, sosio-emosional, dan konsep diri. Gangguan aktivitas motorik, persepsi, perhatian, emosionalitas, simbolisasi, dan ingatan. Sedangkan ditinjau dari aspek akademik, kebanyakan anak LD juga mengalami kegagalan yang nyata dalam penguasaan keterampilan dasar belajar, seperti dalam membaca, menulis dan atau berhitung. Kemampuan intelektual dapat berpengaruh luas terhadap berbagai kemampuan manusia, terutama dalam prilaku belajarnya. Sementara itu dua masalah utama yang dihadapi anak LD adalah masalah akademik dan masalah pribadi-sosial. Berdasarkan ini diduga kuat bahwa paduan antara keunggulan intelektual yang dimiliki dan kesulitan belajar yang dihadapi dapat melahirkan karaktersitik sendiri yang berbeda dengan anak-anak LD pada umumnya. Secara potensial, anak LD yang memiliki inteligensi di atas rata-rata adalah sumber daya manusia unggul bagi pembangunan bangsa dan negara. Karena itu mereka mendapat perhatian yang lebih serius dalam upaya mengatasinya. Namun demikian, dalam praktek pendidikan di lapangan, khususnya di sekolah dasar, sangat mungkin terjadi guru mengalami berbagai kesulitan dalam membantu siswanya yang termasuk LD.
Berdasarkan permasalahan tersebut tampaknya diperlukan suatu model alternatif bimbingan yang dipandang efektif dan efisien dalam membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi mereka, baik masalah akademik maupun non akademis. Kekhasan karakteristik anak LD yang memiliki inteligensi di atas rata-rata, mengisyaratkan bahwa dalam pelaksanaan bimbingan perlu dilakukan melalui studi yang mendalam secara individual. Untuk itu perlu dilakukan assesmen secara obyektif, akurat, mendalam, dan komprehensif sehingga diperoleh pemahaman yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya terhadap berbagai permasalahan, keterbatasan, hambatan, kekurangan, ketidakmampuan, maupun keunggulan-keunggulan tertentu yang dimilikinya, untuk dijadikan sebagai dasar dalam merumuskan program bimbingan yang tepat sesuai dengan karakteristik dan kebutuhannya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah pengembangan kreativitas siswa berbakat dalam setting pembelajaran?
2. Bagaimanakah membimbing siswa berbakat (gifted) yang berkesulitan belajar?
3. Apakah ada perbedaan dalam layanan bimbingan pada anak kesulitan belajar akibat hambatan minimal pada sensori dan motorik?
4. Apa autisme itu?
5. Bagaimanakah layanan pendidikan bagi anak autisme?




C. TUJUAN

Adapun tujuan penyusunan makalah ini diantaranya :
1. Mengetahui dan memahami setting pembelajaran bagi siswa berbakat,
2. Mengidentifikasikan siswa berbakat yang berkesulitan belajar,
3. Mengetahui berbagai bimbingan bagi siswa berkebutuhan khusus,
4. Mengidentifikasi karakteristik anak autis,
5. Mengerti layanan pendidikan bagi anak autis,
6. Menganalisis dan mengetahui keberagaman karakteristik anak.
















BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGEMBANGAN KREATIVITAS SISWA BERBAKAT DALAM SETTING PEMBELAJARAN
Menurut Coleman (1985) secara konvensional anak berbakat adalah mereka yang tingkat intelegensinya jauh diatas rata-rata anggota kelompoknya yaitu IQ 120 ke atas. Mereka mencakup 5 % dari seluruh populasi anak-anak yang relatif sama usianya. Anak berbakat mempunyai sifat multidimensional hal ini dikemukaan oleh Renzulli ( 1979) melalui teorinya yang disebut “ Three Dimensional Models” atau “ Three Rings Conception” keberbakatan mencakup 3 dimensi yang saling berkaitan yaitu
1. Kecakapan di atas rata-rata,
2. Kreativitas,
3. Komitmen pada tugas,
Keterkaitan ketiganya dapat dipahami melalui bagan dibawah ini :










Karena karekteristik belajarnya istimewa, anak-anak berbakat dianggap memiliki kebutuhan belajar yang berbeda dengan anak-anak normal.apabila kebutuhan belajarnya terpenuhi maka potensinya diharapkan, akan dapat diwujudkan secara optimal. Menurut Kohlberg (1981) aktualisasi potensi yang mengandung arti perkembangan merupakan tujuan pendidikan. Apabila kebutuhan belajarnya tidak terpenuhi maka dapat mengakibatkan underachievement ( prestasi berkurang).

1. Ciri-Ciri Keberbakatan
a. Dibidang Kognitif antara lain perkembangan bahasa yang jauh lebih maju dari pada teman seusia, kemampuan verbal yang luar biasa, cara berpikir luwes, mampu mengeluarkan ide dan masalah yang orisinil.
b. Dibidang Afektif antara lain peka terhadap harapan dan perasaan orang lain, idealisme dan rasa keadilan muncul sejak dini.
c. Dibidang Fisik antara lain, adanya kesenjangan antara perkembangan fisik dan intelektual, toleransi rendah kelambatan antara tolak ukur mereka dan kemampuan atletik mereka.
d. Dibidang Intuisi, antara lain tampak keterlibatan dan rasa ingin tahu tentang hal-hal intuisi dan ide-ide serta fenomena metafisik.
2. Konsep Kreativitas
Kreativitas dapat ditinjau dari 4P pengertianya yaitu :
a. Sebagai produk ; yaitu suatu karya dapat dikatakan kreativ jika merupakan suatu yang baru atau orisinal dan bermakna bagi individu dan atau lingkungan.
b. Sebagai proses : bersibuk diri secara kreativ yang menunjukan kelancaran fleksibilitas dan orisinalitas da;lam berfikir dan bertingkah laku.
c. Sebagai pribadi : kreativitas mencerminkan keunikan individu dalam fikiran-fikiran dan ungkapan-ungkapanya.
d. Sebagai press : yaitu kondisi dari dalam dan dari luar yang mendorong seseorang keperilaku kreatif.
3. Proses Kreativitas.
 Pengalaman belajar yang mampu menumbuhkan kreativitas anak seyogyanya mengintegrasikan berfungsinya kedua belahan otak secara harmonis dan menyatu. Pengalaman belajar yang hanya mementingkan persepsi kognitif akan membebani belahan otak sebelah kiri dan menciutkan perkembangan otak sebelah kanan, selain itu juga akan mematikan motivasi untuk belajar. Ketika perkembangan interaksi intelektual dengan lingkungan terjadi berarti proses belajar bernilai harmonis yang mencakup berfikir linear maupun imajinatif.
4. Tingkat Kreatif dan Teknik Menumbuhkannya.
 Menurut pendapat Gowan dan Treffinger yang dilukiskan oleh Graham Wallas ada tiga tingkat proses kreatifitas :
Tingkat 1 yang disebut tingkat kreatif ditandai oleh cirri-ciri timbulnya pemikiran yang divergent dan baru atau penemuan pikiran baru dari segi afektif kehidupan tingkat ini ditandai oleh keterbukaan dan toleran terhadap keraguan tentang sesuatu. Kehidupan perasaan ditandai oleh kepercayaan diri dalam menghadapi tantangan.
Tingkat 2 yang disebut tingkat psikodelik atau perluasan pikiran dan perasaan(exspansion of the mind and emotion) yang ditandai oleh pengembangan kesadaran untuk menjangkau pada pandangan diluar pandangan. Pada tingkat ini anak dapat diadakan penelitian sederhana apa yang disebut studi mandiri.

5. Penuntun Umum untuk Mengembangakan Kreativitas Anak.
a. Pada setiap anak ada dorongan alamiah untuk ungkapan diri secara kreatif melalui kegiatan yang menyenangkan dan menggairahkan anak dan kegiatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan minat khusus masing-masing anak.
b. Kegiatan kreatif sebaiknya dilakukan dalam suasana yang santai dan seperti bermain tanpa ada tekanan untuk berprestasi.
c. Orang dewasa hendaknya berhati hati dalam memaksakan cara berfikir mereka terhadap anak kecil karena anak kecil masih hidup dalam alam fantasi yang justru daya imajinasinya merupakan kekuatannya yang hendaknya tidak dikekang.
d. Berilah kesempatan untuk menggunakan pensil dan krayon sedini mungkin meskipun hanya untuk mencoret-coret.
e. Orang tua dapat membantu anak untuk memberikan judul atau nama pada hasil karyanya, karena judul yang diberikan anak dapat mencerminkan orisinalitas anak dan membantu orang tua memahami ungkapan kreatif anak.
f. Jangan mengharapkan anak dapat menampilkan kreatifitas tiap waktu karena anak juga mempunyai saat-saat inspirasi kreatif .
g. Pendidik dapat memberikan rangsangan pada anak sebelum anak melakukan sesuatu dengan cara mengingatkan kembali pengalaman pengalaman anak.
h. Sediakan ruangan atau meja tersendiri didalam kamar yang dapat digunakan anak khusus untuk bersibuk diri secara kreatif.
i. Pendidik dapat mendorong usaha-usaha kreatif anak dengan memamerkan.

B. BIMBINGAN PADA SISWA BERBAKAT (GIFTED) YANG BERKESULITAN BELAJAR
1. Konsep dasar siswa berbakat (gifted) yang berkesulitan belajar
Anak gift adalah mereka yang mempunyai skor IQ yang tinggi dan prestasi sekolah yang baik, namun belakangan tersebut menjadi lebih kompleks dengan adanya pertanyaan mengenai anak berkemampuan tinggi yang juga mempunyai kesulitan dalam belajar (Brody dan Mills), 1997. Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori kelebihan anak gift/LD
a. “Anak-anak berbakat yang memiliki beberapa kesulitan belajar di sekolah (under achiever). Anak pada kelompok ini mungkin akan mengejutkan dengan kemampuan verbal yang sangat bagus, sementara ia mengalami kesulitan yang sangat besar pada kemampuannya menulis dan dikte. Kadang kala mereka amat pelupa, ceroboh, dan disorganized, sehingga pada tingkat lanjutan pertama dimana tingkat tuntutan semakin tinggi maka makin sulitlah mereka berprestasi.”
b. “Anak-anak yang diketahui berkesulitan belajar, dan tidak pernah teridentifikasi sebagai anak gift. Ketidaktepatan pengukuran dan atau tertekannya skor IQ sering menyebabkan dugaan yang keliru pada kemampuan intelektualnya. Jika bakat yang luar biasa tidak diketahui, maka kelebihan-kelebihannya tidak pernah menjadi fokus dalam pendidikannya sehingga tidak pernah teraktualisasikan.”
c. “Anak yang teridentifikasi sebagai anak yang tidak berbakat maupun anak yang kesulitan belajar. Mereka nampak sebagai anak yang berprestasi rata-rata. Kemampuan intelegensi yang tinggi sering kali membantu kesulitan atau kelemahannya, sehingga anak ini tidak teridentifikasi sebagai anak yang terhambat belajarnya. Disini superioritas kemampuannya menutupi kelemahannya.”
2. Karakteristik anak gifted (G) yang kesulitan belajar (LD)
Anak dengan keistimewaan ganda ini adalah suatu tipical siswa yang sering kali dikarakteristikan sebagai anak yang cerdas, tapi mempunyai problem sekolah. Keadaan ini diikuti perasaan frustasi, agresif, ceroboh, dan sering tidak mampu menyelesaikan tugas. Mereka juga sering membuat suasana kelas menjadi terganggu. Sebagian mereka bahkan mirip dengan anak LD, yakni memori dan kemampuan konseptual terbatas serta sering gagal menyelesaikan tugasnya.
Silverman direktur pusat studi anak berbakat di Denver mengatakan:
 “anak-anak dengan keistimewaan ganda ini memiliki karakteristik yang unik, mereka sering kali disebut visual-spatial learners dan memiliki long-term memory yang sangat bagus, ynag membutuhkan metode diagnosis dan pengajaran yang berbeda. Anak G/LD memandang dirinya sebagai anak yang tidak mampu di bidang akademik, sehingga meningkatkan motivasi untuk menolak tugas-tugas sekolah. Anak dengan keistimewaan seperti ini sering merasa malu dan memandang bahwa dirinya tidak mampu bersekolah. Mereka sering memiliki konsep diri yang negatif dan membuat dirinya merasa bahwa sesungguhnya tidak sama dengan teman sebayanya.”

2. Kesalahan diagnose dan sulit diidentifikasi
1.Kesalahan Diagnosa
Kesalahan diagnosa bagi anak gifted sangat mungkin terjadi. Mereka sering kali tidak dapat didiagnosa oleh guru pedagod,dokter atau psikolog sebagai anak berbakat tinggi,mereka justru banyak didiagnosa sebagai anak autis ringan,attention deficit hyperactive disorder/attention deficit disorder(ADHD/ADD),disleksia,dysphasia/aphasia,retardasi mental atau gangguan perkembangan lainnya. Hal ini karena individu gifted sering kali mempunyai karakteristik yang berpotensi untuk berperilaku negative ,terutama bagi anak gifted yang kemampuan kreatifitasnya sangat tinggi. Hal itu terutama disebabkan karena mereka:
a. Overaktif secara fisik tau mental
b. Ceroboh dengan hal-hal yang dianggapnya tidak penting
c. Pelupa,dan suka berhayal
d. Kurang tertarik pada hal-hal yang kecil
e. Penuntut
f. Tempramental
g. Tidak komunikatif,sinis,suka berargumentasi
h. Suka menanyakan aturan dan otoritas
Menurut pengalaman Silverman, karakteristik anak G/LD yang mempunyai potensi negatif antara lain :
a. Memorinya sangat buruk
b. Menolak tugas-tugas menulis
c. Daya usaha rendah
d. Punya kesulitan dalam menghapal dan mencatat di kelas
e. Sering kurang berkonsentrasi di kelas
f. Lemah dalam auditori memori
g. Lemah dalam tata bahasa, tanda-tanda baca, dan pengejaan kata
h. Kemungkinan besar tidak bisa belajar sesuatu kecuali yang sangat diminatinya
i. Sangat buruk dalam pekerjaan dengan waktu terbatas
j. Disorganized
k. Sangat pandai menolak alasan
l. Hiperaktif
m. Kadang-kadang seperti terlapisi kaca,dan
n. Tidak bisa mengingat tiga langkah instruksi.
Mengingat kecenderungan memiliki perilaku seperti ini, maka dengan menggunakan criteria diagnose DSM IV (pada pembahasan sub-pokok materi Autisme) mereka masuk pada kriteria anak-anak dengan gangguan tertentu.
2. Sulit Diidentifikasi
Melakukan identifikasi anak-anak dengan keistimewaan ganda ini memang tidak mudah, karena orang tua maupun guru sering memfokuskan pada kelemahan anak, dan sangat sedikit perhatian pada kelebihannya. Berdasarkan data hasil penelitian dengan pola skor Whechsler Intelligence Scale for Children-Revised (WISC-R), diantaranya:
a. Schiff, dkk (2001) melaporkan bahwa catatan tentang kesenjangan skor verbal-performance (V-P) dengan skor verbal lebih tinggi. Sciff ,dkk menyimpulkan dalam laporan penelitiannya kelompok anak yang mempunyai IQ superior/LD menampakkan kemampuan verbal di atas rata-rata mempunyai sejumlah kemampuan dan bakat kreatif, tetapi ada indikasi kelemahan pada aktifitas koordinasi motorik, perkembangan emosi dan kelemahan pada area tertentu.
b. Waldron (2002) menemukan bahwa kesenjangan yang signifikan antara skor verbal dan performance bukan merupakan indikasi yang baik pada anak yang kesulitan belajar. Menurut Waldron, anak-anak yang mempunyai IQ superior/LD cenderung tergantung pada kemampuan visual untuk mengingat kata dan menganalisa. Mereka juga mempunyai kelemahan dalam hal membadakan suara dan memiliki daya ingat yang pendek.
c. Vaidya (2003) menggunakan cara lain untuk mengidentifikasi, ia melakukan beberapa tes portofolio tes kreativitas, tes pengukuran IQ, serta tes prestasi belajar. Tes portofolio digunakan untuk mengetahui proses berpikir dan keunikan ide-ide. Tes kreatifitas digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir divergen. Tes pengukuran digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan anak dalam berpikir. Tes prestasi belajar dilakukan untuk mengetahui keberbakatan anak dalam subjek tertentu.
Sementara psikolog yang lain, menyarankan menggunakan Scales for Rating The Behavioral Characteristics of Superior Students (SRBCSS), untuk mengetahui skala tentang belajar, motivasi, kreativitas, kepemimpinan, music, drama, dan komunikasi. Dalam pengamatan itu ditemui bahwa anak-anak tersebut seringkali mempunyai minat yang tinggi terhadap satu atau berbagai hal di rumah. Mereka dapat membuat bangunan yang sangat fantastik dengan balok-balok. Kemampuan kreatif dan kekuatan intelektual yang mereka salurkan pada hobinya itu merupakan indikator keberbakatan mereka (Renzulli, 1979).
3. Program Bimbingan Belajar yang Tepat
Dalam merencanakan bimbingan bagi anak G/LD adalah penting memperhatikan perkembangan kemampuan yang menonjol, minat dan kapasitas intelektual mereka. Program bimbingan belajar yang disediakan untuk mereka haruslah difokusksan pada hal-hal yang menjadi kelemahan mereka. Untuk memahami kelemahan dan kelebihannya, lalu diarahkan untuk menyadari cara yang tepat untuk mengurangi kesulitannya dalam belajar, dan sebaliknya memupuk keberbakatannya. Para guru dan orang tua harus membantu anak-anak ini untuk membentuk konsep diri yang realistis, dimana mereka dapat menerima segala kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Anak dengan keistimewaan ganda ini membutuhkan kurikulum yang tepat, yang memperhatikan kebutuhan-kebutuhan mereka akan pendidikan khusus bagi kedua keistimewaan tersebut. Kebutuhan ini berhubungan dengan kebterbakatannya dan kelemahan yang spesifik ( Whitemore, 2001).
  Bagaimana Orangtua Seharusnya?
Marker dan Udall (2001) memberikan beberapa alternatif yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk membantu anaknya yang G/LD, antara lain:
a. Orangtua harus jadi pendorong atau pendukung yang efektif bagi anaknya dengan cara belajar sebanyak mungkin tentang G/LD.
b. Carilah orangtua yang juga memiliki G/LD agar bisa berbagi pengalaman.
c. Kunjungan lembaga terdekat yang memiliki program pendidikan khusus anak gifted dengan learned disabled dan mintalah bantuan.
d. Carilah pembimbing yang cocok dengan anak .
e. Orangtua sebaiknya terlibat proaktif selama proses terapi.
f. Orangtua dapat meningkatkan pemahaman, apabila anak terlihat prustasi atau marah terhadap dirinya sendiri karena ada hal-hal yang kontradiksi dalam dirinya.
g. Terimalah kelebihan dan kelemahan anak.
h. Menciptakan lingkungan yang stimulatif (suasana hangat, penuh kasih sayang, lakukan komunikasi diskusi dengan topik yang menarik bagi anak dan sediakan permainan edukatif).
i. Melibatkan anak dalam berdiskusi mengenai pemilihan program pendidikan khusus baginya.

C. LAYANAN BIMBINGAN PADA ANAK KESULITAN BELAJAR AKIBAT HAMBATAN MINIMAL PADA SENSORI DAN MOTORIK.
1. Pengertian Kesulitan Belajar dan Penyebabnya.
“Kesulitan belajar” adalah suatu istilah umum yang berkenaan dengan gangguan pada kelompok heterogen yang benar-benar mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan kemampuan pendengaran, bicara, membaca, menulis, berfikir atau matematika. Penyebabnya bersifat intrinsik dan diperkirakan karena disfungsi system syaraf pusat pada masa prenatal, perinatal, dan selama usia satu tahun pertama.
2. Deskripsi anak kesulitan belajar akibat hambatan minimal pada sensori dan motorik.
a. Hambatan minimal pada fungsi gerakan (motorik)
Anak-anak yang mengalami hambatan ini biasanya mengalami kesulitan dalam mengontrol gerakan dengan sempurna. Mereka itu walaupun dapat berjalan, berlari, meloncat, dan melakuaka keteampilan motorik lainnya tetapi gerakan-gerakannya kurang terampil dibandingkan anak lain yang seusia. Justru disinilah dapat dilihat bila seorang anak mengalami disfungsi minimal pada gerakan halus, maka ia menjadi kurang terampil menggerakan tangan dan jari-jarinya, misalnya ketika mengancingkan baju, menalikan sepatu, menggunting, menggambar, dan menulis.

b. Hambatan minimal pada fungsi pengindraan (sensori)
Pengindraan (sensori) adalah suatu kemampuan untuk merasakan, mendengar dan melihat. Seorang anak yang mengalami hambatan minimal pada fungsi pengindraan (penglihatan) akan mengalami kesulitan untuk membedakan satu objek dari lainnya, misal : bentuk bulat dan oval.
Anak-anak yang mengalami kesulitan membaca atau dikte yang bukan disebabkan karena ia tidak mampu mendengar, melainkan karena mengalami disfungsi minimal pada fungsi pengindraan (pendengaran). Mereka ini biasanya mengalami kesulitan untuk mengenal, membedakan atau memisahkan bunyi pada kata-kata atau banyaknya bunyi dalam suatu kata, misalnya : membedakan bunyi “b” dan “p”, “d” dan “g”, “m” dan “n”, dan sebaliknya.
c. Intelegensi
Tes intelegensi digunakan untuk melihat skor akhir dari beberapa kemampuan seperti : berpikir analitis dan logis, konsentrasi, imitasi, pemahaman bahasa, ekspresi bahasa dan berbagai macam kualitas memori, seperti memori pendengaran dan penglihatan. Tetapi hambatan minimal pada salah satu fungsi itu bagaimanapun juga dapat mempengaruhi seluruh kualitas kemampuan, jika tidak memperoleh penanganan seawal mungkin
3. Layanan Bimbingan
a. Layanan bimbingan pada anak-anak yang mengalami kesulitan menulis akibat dari hambatan motorik.
Kita tidak bisa mengajarkan pada anak-anak ini langsung mengarah kepada bagaimana menulis huruf, kata dan kalimat yang benar. Pendekatan yang lebih luwes dan akurat sebaiknya dimulai dengan mempersiapkan layanan bimbingan kemampuan dasar yang diperlukan untuk belajar menulis, yaitu layanan bimbingan keterampilan tangan dan intelektual.
a) Layanan bimbingan keterampilan tangan sebagai berikut :
1) Gerakan pergelangan tangan harus luwes,
2) Jari-jari menulis harus dapat memegang pensil dengan benar,
3) Gerakan mencoret harus dapat membuat suatu bentuk dalam suatu bidang,
4) Anak harus dapat menggambar sendiri suatu bentuk
b) Layanan bimbingan kemampuan intelektual
1) Anak memerlukan kemampuan berpikir logis,
2) Anak memerlukan pembendaharaan kata yang banyak,
3) Anak harus dapat mengenal symbol-simbol huruf dan lafalnya yang sesuai,
4) Anak harus dapat menganalisa lafal huruf dalam suatu kata, dan menyatukan lagi dengan benar lafal-lafal huruf tadi menjadi kata.
b. Layanan bimbingan pada anak-anak yang mengalami kesulitan membaca akibat hambatan minimal pengindraan (penglihatan atau pendengaran)
Tahap permulaan yang perlu diajarkan pada anak-anak ini adalah :
a) Kemampuan membedakan macam-macam bunyi denagn menggunakan silinder kayu.
b) Kepekaan membedakan macam-macam bunyi irama
c) Kepekaan terhadap bunyi-bunyi pada gerakan
d) Ketajaman pengamatan dalam membedakan berbagai ukuran
e) Kemampuan membedakan ukuran pada bentuk berdimensi tiga.
f) Kemampuan membedakan macam-macam bentuk geometri bidang datar
g) Kemampuan membedakan bentuk fdari huruf-huruf alphabet
Jika anak sudah menguasai tahapan tersebut diatas, maka dapat dilanjutkan dengan pelajaran tahap berikut :
a) Diawali dengan membaca kata yang tidak mengandung sisipan dan akhiran.
b) Membaca kata atau kalimat yang mengandung sisipan dan akhiran.
c) Membaca definisi suatu benda dengan menggunakan kartu bergambar dan kartu kata.
d) Menganalisis kalimat untuk mencapai pengertian membaca total.

D. PENGENALAN AUTISME DAN LAYANAN PENDIDIDKANNYA
1. Apa yang dimaksud autisme itu?
Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Istilah autisme baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner. Sejak sekitar tahun 1977 masalah autis mulai dikenal oleh sebagian masyarakat Indonesia. Ini terlihat dengan banyak beredarnya mengenai informasi autism, dibukanya pusat-pusat terapi, terbentuknnya yayasan-yayasan yang peduli dan menangani individu autis, sampa seminar-seminar nasional yang membicarakan masalah ini dengan pakar-pakar dari dalam dan luar negeri.
Dengan tetap memperhatikan aspek “individual differences” dimana setiao anak dianggap sebagai individu yang unik dan spesifik, maka seharusnya semua individu autis diberikan kesempatan seawall mungkin untuk mencoba belajar disekolah umum. Apalagi UUD 1945 pasal 31 mengatakan bahwa “ setiap warga Negara berhak mendapat pengajaran” dan The Sallamanca Statement pada tahun 1994 (UNESCO) tentang pendidikan inklusif, dinyatakan bahwa setiap anak termasuk yang memerlukan pendidikan khusus sementara dan permanen mempunyai hak untuk mengikuti proses belajar di sekolah umum. Fakta yang diperoleh dilapangan menunjukan kesenjangan antara apa yang dibutuhkan individu autis dan apa yang disediakan oleh guru, artinya proses pembelajarannya masih belum sesuai dengan kebutuhan siswa autis.
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi interaksi sosial, kognisi, dan aktiviatas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia tiga tahun. Bahkan pada autisme infatil gejala sudah ada sejak lahir. Seseorang baru dapat dikatakan termasuk kategori autisme, bila ia memiliki hambatan perkembangan dalam tiga aspek, yakni kualitas kemampuan interaksi social dan emosional, kualitas yang kurang dalam kemempuan komunikasi timbale balik, minat yang terbatas disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan. Autisme sesungguhnya adalah sekumpulan gejala klinis yang dilator belakangi berbagai factor yang sangat bervarisasi, berkaitan satu sama lain dan unik karena tidak sama untuk masing-masing kasus.
Mengingat tidak ada dua individu autis yang sama persis, bahkan yang kembar sekalipun. Itu sebabnya sangat ditekankan agar orang tua dan guru tidak memberikan layanan pendidikan yang seragam atau klasikal bagi sekelompok anak. Adapun karakteristik yang tampak pada perilaku anak autis adalah :
a. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara kemudian sirna
b. Anak tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang lain kadang-kadang anakberperilaku yang menyakiti diri sendiri
c. Anak tidak mempunyai empati
d. Pemahaman aanaka sangat kurang, sehingga apa yang ia baca sukar dipahami.
e. Kadangkala anak mempunyai daya ingat yang sangat kuat.
f. Dalam belajar mereka lebih mudah memahami lewat gambar-gambar
g. Anak belum dapat bersosialisasi dengan teman sekelasnya.
h. Kesulitan mengekspresikan perasaannya
i. Memperlihatkan periaku stimulasi diri
2. Gambaran yang khas dari anak autis
Anak atau individu auitis mempunyai gambaran unik, karakteristik unika anak auitis tersebut meliputi kecenderungan :
a. Selektif berlebihan terhadaap rangsangan
b. Kurangnya motivasi
c. Respon stimulatori diri
d. Respon unik terhadap imbalan (reinforcement) dan konsekuensi lainnya.
3. Gambaran perilaku autistic
Perilaku adalah segala sesuatu yang orang kerjakan atau katakan, jadi perilaku adalah apa saja yang dapat kita lihat, rasakan, atau dengar ketika seseorang melakukan kegiatan tertentu dan juga apa yang kita sendiri katakana dan kerjakan. Banyak perilaku autistic yang berbeda daripada perilaku normal perbedaannya yaitu adanya perilaku yang berlebihan dan atau adanya perilaku yang berkekurangan yang mungkin samapai pada tingkat yang hamper tidak ada.
Behavioral excesse (perilaku yang berlebihan) misalnya mengamuk dan perilaku stimulasi diri. Jika intensitas dan frekuensi perilaku yang berlebihan itu muncul, maka perilaku-prilaku tersebut merupakan masalah di rumah, dan mengganggu ketika orangtua membawa anak ke tempat-tempat umum. Behavioral deficit (perilaku yang berkekurangan)memiliki gambaran sebagai berikut :
a. Cirri umum mereka adalah gangguan bicara.
b. Anak mungkin kurang sesuai perilaku sosialnya.
c. Anak mungkin menunjukkan deficit sensasi (indera) yang nyata sehingga kadang disangka tuli.
d. Anak sering tidak bermain dengan benar.
e. Anak sering menunjukkan emosi yang tidak sesuai.
4. Mengenali hambatan pada autisme
Melakukan diagnosis gangguan autisme tidak memerlukan pemeriksaan yang canggih seperti brain-mapping, CT-Scan, MRI. Pemeriksaan-pemerikasaan tersebut hanya dilakukan bila ada indikasi, misalnya anak itu kejam, maka EEG atau brain mapping dilakukan untuk melihat apakah ada epilepsy.
 Kriteria DSM IV untuk autisme masa kanak
1) Gangguan kualitatif dalam interaksi social yang timbal balik :
(a) Tak mampu menjalin interaksi social yang cukup memadai
(b) Tak bisa bemain dengan teman sebaya
(c) Tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.
(d) Kurangnya hubungan social dan emosional yang timbal balik.
2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi
(a) Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tidak berkembang
(b) Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi
(c) Sering menggunakan bahasa aneh yang diulang-ulang
(d) Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang meniru.
3) Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat dan kegiatan.
(a) Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan
(b) Terpaku pada sutu kegiatan yang ritualistic dan rutinitas yang tak ada gunanya
(c) Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang
(d) Sering kali sangat terpukau pada bagian – bagian benda
Sebelum umur tiga tahun tampak adanyaa keterlambatan atau gangguan dalam bidang interaksi social, bicara dan berbahasa, dan cara bermain yang kurang variatif.
Bukan disebabkan oleh sindroma rett atau gangguan disintegrative masa kanak. Dengan mempelajari criteria diagnostic dari DSM IV para orangtua pun sudah bisa mendiagnosis anaknya sendiri apakah termasuk kategori autis atau bukan.
Meskipun kriteria diagnosis telah dijabarkan dengan jelas dalam ICD/10 maupun DSM IV, namun kesalahan diagnosis masih sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh karena seringnya terdapat gangguan atau penyakit lain yang menyertai gangguan autisme ini.
5. Jalur Pendidkan Umum atau Reguler (mainstream)
Maksud kata mainstream berarti melibatkan seorang anak dengan kebutuhan khusus kedalam kelas-kelas umum. Penanganan anak sungguh-sungguh dilakukan dengan memperhatikan pada kebutuhan khusus yang ada pada anak. Tujuan orangtua memasukkan anak ke jalur pendidikan regular bisa untuk “academic mainstream”(agar anak sepenuhnya bisa mengikuti kegiatan akademis) atau social mainstream (agar anak dapat mengikti kegiatan sosialisasi bersama teman sebayanya)”.
a. Masalah anak autis di sekolah
1) Perilaku
Adanya perilaku stereotif/khas pada anak autis sering kali membuat para guru dan anak lain di kelas bingung. Perilaku tersebut sangat tidak wajar dan cenderung mengalihkan perhatian. Selain masalah perilaku yang lebih berupa dorongan dari perkembangan neurobiologist, sering masalah perilaku merupakan manivestasi dari frustasi anak atau reaksi anak terhadap stimulasi lingkungan yang tidak dapt mereka prediksi.
2) Pemahaman
Gangguan proses informasi dan koneksi, mau tidak mau sering kali menghambat anak autis mengikuti pelajaran di sekolah umum. Mereka lebih berespon terhadap stimulus visual, sehingga intruksi dan uraian verbal akan sulit mereka pahami.
3) Komunikasi
Salah satu kesulitan anak autis adalah dalam hal komunikasi, dimana mereka sulit berekspresi diri. Sebagian besar dari mereka, meskipun dapat berbicara, menggunakan kalimat pendek dengan kosakata yang sederhana.
4) Interaksi
Anak autis juga bermaslah [ada perkembangan keterampilan sosialnya, tidak mampu memahami aturan-aturan dalam pergaulan, sehingga biasanya tidak memiliki banyak teman. Minat mereka yang terbatas pada orang lain disekitarnya, sedikit banyak membuat mereka lebih senang menyendiri atau sanaga pemilih dalam bergaul, mereka hanya memiliki 1-2 teman yang dapat memberikan rasa aman kepada mereka, dan pada umumnya memiliki kesulitan beradaptasi dalam berbagai kelompok yang dibentuk secara acak atauu mendadak.





b. Alternatif layanan bimbingan
Dalam upaya memahami dan mengatasi masalah-masalah anak-anak autis di sekolah, tidak mungkin melihat permasalahan secara terpisah dan terkotak-kotak. Setiap aspek saling berkaitan, dan biasanya sasling tumpang tindih menjadi sebab dan atau akibat.
Layanan bimbingan bagi anak autis, idealnya diberikan dalam bentuk sekelompok penanganan untuk membantu mereka mengatasi kebutuhan khususnya. Di Amerika Serikat, banyak bentuk-bentuk pendidikan tersedia, antara lain (Siegel:1996):
1) Individual Therapy
2) Designeted Autistic Classes
3) Ability Group Classes
4) Social Skills Development and Mixed Disability Classes.














BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
  Menurut teori dan hasil-hasil penelitian, intelegensi dapat dikembangkan dengan memperhatikan lingkungan dan memberikan perangsangan bagi anak. Lebih jauh lagi, terdapat kemungkinan untuk mendorong keluarnya keberbakatan dan kreativitas yang bukan saja diperlukan dalam satu atau dua bidang kehidupan, tetapi di semua bidang kehidupan di masa yang akan datang dalam era keterbukaan.
  Anak-anak berkemampuan tinggi, tetapi mengalami hambatan dalam belajar meskipun jumlah mereka tidak banyak, namun perlu dicermati. Sesungguhnya mereka adalah aset yang berharga. Kendala yang nampak untuk membantu mereka adalah kesulitan dalam mengidentifikasi mereka. Seringkali potensi tinggi mereka tertutupi oleh kekurangannya. Bahkan ada sebagian dari mereka tidak pernah dikenal sebagai siswa yang berbakat, tetapi lebih dikenal sebagai anak yang bermasalah.
  Kesulitan belajar akibat hambatan minimal pada penginderaan dan motorik. Kesulitan belajar yang banyak dialami oleh siswa Sekolah Dasar ini disebabkan oleh factor internal pada diri anak yang tentu saja berimplikasi pada kesulitan belajar membaca, menulis dan berhitung. Sehingga dalam masalah memecahkan permasalahan belajar anak seperti ini, kita harus mulai dari kondisi internal anak seperti persepsi penglihatan, pendengaran, taktile, dan motorik kinestetik, yang merupakan akar dan dasar dari munculnya kesulitan tersebut, bukan diawali dari produk belajarnya yang berupa kesulitan akademis (membaca, menulis dan menghitung).
  Autisme sesungguhnya adalah sekumpulan gejala klinis yang dilator belakangi berbagai factor yang sangat bervarisasi, berkaitan satu sama lain dan unik karena tidak sama untuk masing-masing kasus.
Mengingat tidak ada dua individu autis yang sama persis, bahkan yang kembar sekalipun. Itu sebabnya sangat ditekankan agar orang tua dan guru tidak memberikan layanan pendidikan yang seragam atau klasikal bagi sekelompok anak.
B. REKOMENDASI
 Mengingat sangat pentingnya memahami karakteristik setiap anak ( siswa), baik guru maupun calon guru diharapkan dapat cermat dalam mengidentifikasikan setiap individu. Sehingga hak atau layanan pendidikan anak tersebut dapat terpenuhi, setting pembelajaran dapat sesuai dengan kebutuhan juga potensinya dapat diarahkan lebih dalam agar dapat dikembangkan dan dimanfaatkan didalam realita kehidupan untuk kebaikan umat dan bangsa.
 Tujuan akhirnya ialah, dalam dunia pendidikan kelak, guru dapat memberikan layanan pendidikan yang terbaik untuk siswa baik siswa yang normal maupun siswa yang berkebutuhan khusus.karena saat ini pendidikan inklusi sudah menjadi inovasi dalam dunia pendidikan dan tidak menutup kemungkinan akan menjadi sistem yang akan diaplikasikan (mengingat pendidikan inklusi memuat nilai humanisme yang sangat tinggi.)


















DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, dkk. 2006.Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : UPI Press.
Renzulli,J. 1986. The Ring Conception of Giftedness : A Developmental model for creative productivity. In R.J.Sternburg& J.E. Davidson 9Eds), Conceptions of Giftedness (pp53P92).New York: Cambridge Univeersity Press.
Siegel,B. 1996.The World of The Autistic Child. New York : Oxford University Press.
Silverman,LK,1993. Counseling the Gifted and Talented. Denver, Colorado : Love Publishing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar